Sumut Terkini

Cerita Lukman Petugas Haji Asal Medan, Ujian Terberat Ketika Jemaah Meninggal Dunia

Namun, tak semua orang yang mampu secara materi bisa merasakan panggilan tersebut.

Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
Dok Pribadi
CERITA HAJI- Lukman, petugas haji asal Medan yang diamanatkan dalam kloter 9, 1446 H. Ia menceritakan berbagai perjalanan dalam melaksanakan tugasnya di Tanah Suci. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN- Bagi setiap Muslim, menunaikan ibadah haji adalah impian sekaligus ujian kesabaran.

Namun, tak semua orang yang mampu secara materi bisa merasakan panggilan tersebut.

Sebaliknya, ada yang hidup pas-pasan justru diberi kesempatan menjadi tamu Allah. 

Muhammad Lukman Hakim Hasibuan, Ketua Kloter 9 KNO asal Medan, adalah salah satu yang terpanggil. Tak hanya sebagai jemaah, ia juga terpilih menjadi petugas haji 2025 setelah melalui seleksi ketat Kementerian Agama RI. 

"Banyak suka duka yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata," ujar Lukman.

Sebagai ketua kloter, Lukman dan rekan-rekannya bekerja tanpa henti melayani jemaah, terutama lansia dan penyandang disabilitas.

Mulai dari kunjungan rutin ke kamar jemaah untuk memantau kesehatan, hingga sigap membawa yang sakit ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) atau rumah sakit di Arab Saudi. 

"Kamar tidur kami sering berubah jadi klinik darurat," ceritanya. 

Namun, ujian terberat datang saat dua jemaah dari kloternya wafat di Tanah Suci, tepat sehari sebelum kepulangan. 

Jumat (20/6/2025) pagi, Lukman mendapat kabar duka: Erwin Dasnir Tanjung, jemaahnya, meninggal dunia pukul 03.10 waktu Arab Saudi (WAS).

Dengan hati berat, ia mendampingi prosesi pemandian, pengkafanan, hingga penguburan jenazah. 

Yang mengharukan, Lukman dan Ustadz Sori Monang sempat ikut menshalatkan jenazah Erwin di Masjidil Haram usai Sholat Jumat. "Saya merasakan kedamaian yang luar biasa," ujarnya. 

Belum reda duka, sore harinya, jemaah lain, Sri Sukenti, menghembuskan napas terakhir pukul 15.18 WAS.

Lukman dan petugas lain, Muhammad Arif, kembali terjaga hingga dini hari untuk mengurus jenazah hingga selesai dikafani pukul 01.00 WAS. 

Dengan sisa tenaga, Lukman memaksakan diri melakukan Tawaf Wada’ pukul 02.00 WAS. Ajaibnya, meski lelah, ia merasakan kekuatan luar biasa. 

"Tawaf tujuh putaran selesai hanya 15 menit. Seolah jemaah lain memberi jalan. Saya menangis, memandang Ka’bah untuk terakhir kali," kenangnya. 

Ia yakin, almarhum Erwin dan Sri mendoakannya.

"Mereka wafat di hari Jumat, di Tanah Suci, dan dishalatkan di Masjidil Haram. Sungguh keberkahan tak terhingga," katanya.

Bagi Lukman, mengurus jenazah jemaah seperti mengurus orangtua sendiri. "Ini amanah yang harus ditunaikan dengan ikhlas," tuturnya. 

Kisahnya menjadi bukti: di balik perjalanan spiritual haji, ada dedikasi tanpa pamrih dari petugas seperti Lukman, yang bekerja bukan hanya dengan tangan, tapi juga hati. 

Lukman berpesan bahwa Haji bukan sekadar ritual, tapi juga tentang pelayanan dan pengorbanan.

(cr26/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved