Sumut Terkini

BLAK-BLAKAN Ephorus HKBP soal Keramba di Danau Toba dan 2 Kartu Kuning dari UNESCO

Kondisi Danau Toba saat ini ibarat tong sampah raksasa. Keberadaan keramba membuat Danau Toba tercemar.

Editor: Juang Naibaho
TRIBUN MEDAN/MAURITS
Ephorus HKBP Pendeta Victor Tinambunan saat berada pada doa bersama yang digelar di Samosir, Selasa (1/4/2025). Menurut Ephorus HKBP, kondisi Danau Toba saat ini ibarat tong sampah raksasa. Keramba membuat Danau Toba tercemar. 

TRIBUN-MEDAN.com - Ephorus HKBP Pendeta Victor Tinambunan bicara blak-blakan tentang kelestarian Danau Toba saat ini.

Menurut Ephorus, kondisi Danau Toba saat ini ibarat tong sampah raksasa.

Keberadaan keramba membuat Danau Toba tercemar. Sebab, pakan yang ditabur mengendap ke dasar danau dan menimbulkan polusi di Danau Toba. 

"Danau Toba saya seringkali saya sebutkan, mungkin bisa digambarkan seperti tong sampah raksasa. Sekarang itu diperlakukan menjadi kumpulan dari limbah-limbah yang ada di dalamnya," kata Victor Tinambunan saat berbincang dengan Rhenald Kasali di Channel YouTube Prof Rhenald Kasali yang tayang 15 Juni 2025.

Menurut Victor, limbah yang mencemari Danau Toba berasal dari banyak pihak dan berbagai hal, termasuk aktifitas di sekitar danau kaldera terbesar di dunia tersebut.

"Semua saya kira, tidak hanya satu orang. Tapi bisa pribadi, keluarga mungkin, dan kelompok masyarakat. Jadi kondisinya sedang memprihatinkanlah. Kalau kondisi fisik, sedang sakit dia," kata Victor.

Hal ini sangat menyedihkan mengingat Danau Toba adalah warisan dunia yang sangat indah.

Apalagi, kawasan Geopark Kaldera Toba sudah diakui dan dinyatakan menjadi bagian dari UNESCO Global Geopark, badan PBB.

Rhenalda Kasali lalu menanyakan ke Pendeta Victor ihwal laporan World Bank, bahwa banyaknya keramba di Danau Toba menjadi salah satu penyebab terbesar kerusakan lingkungan dan pencemaran Danau Toba.

"Betul, karena kita juga menerima hasil studi dan laporan, karena keramba ini, ditumpahkan tiap hari pakan ikan, tidak dikonsumsi semua. Sehingga itu mengendap ke bawah, amonianya," kata Victor.

Dari sana, menurut Victor, ada saat-saat tertentu atau cuaca dan pemicu tertentu, endapan menjadi racun yang mematikan semua ikan di Danau Toba.

"Sedikitnya 3 kali ikan mati di Danau Toba, dimana setiap kejadian ikan mati hingga ratusan ton. Tiga kali itu sekitar dalam 10 tahun terakhir ini," kata Victor.

Victor mengatakan, kemampuan Danau Toba mengolah semua limbah yang ditampung karena terlalu banyak sudah tidak bisa lagi.

Karenanya ekologis Danau Toba ini harus diperhatikan dan diperbaiki lagi ke depannya.

Apalagi, kata Victor, UNESCO sudah memberi kartu kuning kepada Danau Toba agar diperbaiki dan dikembangkan dengan memberi waktu 2 tahun yang akan berakhir pada Juli 2024 ini.

Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved