Toba Pulp Lestari
Guru Besar IPB Beberkan Alasan Detail Toba Pulp Lestari Pro Konservasi Lingkungan Hidup
Pakaian dari serat kayu Eucalyptus lebih lembut dan lebih enak dipakai sehingga harganya lebih mahal dari pakaian yang dibuat dari benang (cotton)
TRIBUNMEDAN.COM, JAKARTA- Tidak hanya PT Toba Pulp Lestari, Tbk (TPL) yang mengolah kayu Eucalyptus untuk menghasilkan bubur kayu (pulp).
Diberbagai belahan dunia lainnya, termasuk di kawasan sub tropis seperti Eropa dan Amerika Serikat, juga beroperasi perusahaan-perusahan sejenis.
TPL telah beroperasi lebih tiga dekade di Kawasan Danau Toba (KDT). Perusahaan mengolah kayu Eucalyptus menjadi bubur kayu (pulp). Akhir-akhir ini pulp lebih populer diolah menjadi serat untuk pembuatan pakaian dari pada pembuatan kertas dan tissue.
Pakaian dari serat kayu Eucalyptus lebih lembut dan lebih enak dipakai sehingga harganya lebih mahal dari pakaian yang dibuat dari benang (cotton). Pasar utama produk baru ini sedang berkembang pesat di negara-negara di negara-negara maju, utamanya Eropa Barat dan Amerika Serikat, yang pendapatan per kapita masyarakatnya relatif tinggi.
Namun, dari segi biaya produksi perusahaan yang beroperasi di kawasan tropis seperti TPL lebih unggul dalam persaingan pasar dari perusahaan sejenis yang beroperasi di kawasan sub-tropis tersebut di atas.
Soalnya di kawasan tropis, termasuk di Indonesia, pohon Eucalyptus sudah dapat panen pada umur lima tahun, sementara di Eropa, Amerika Serikat dan wilayah dengan empat musim lainnya pemanenannya paling cepat dapat dilakukan pada umur tujuh tahun.
Perbedaan umur panen ini menyebabkan perbedaan ongkos produksi yang besar. Dengan perbedaan biaya produksi seperti ini, maka tidaklah aneh bila pulp yang diproduksi di kawasan Eropah dan Amerika Serikat kalah bersaing dengan pulp yang di produksi di kawasan tropis bila persaingan pasar dilakukan secara jujur dan adil.
Baru-baru ini bergema lagi seruan agar pemerintah Indonesia menutup TPL. Seperti biasanya para penyeru menuduh TPL merusak lingkungan sehingga longsor dan banjir sering terjadi Kawasan Danau Toba.
Sayangnya, tuduhan tidak pernah dilengkapi dengan bukti-bukti yang sahih secara ilmiah.
Pada tulisan saya sebelumnya yang dimuat di Tribun-Medan yang tayang pada Kamis 22 Mei 2025 lalu, saya menyatakan tidak mungkin TPL merusak lingkungan. Pada tulisan berikut ini akan saya jelaskan teori yang menjadi dasar pernyataan tersebut.
Dari diskusi singkat berikut pada bagian bawah, dapat disimpulkan bahwa bukan hanya TPL, tetapi juga perusahaan sejenis di belahan manapun di dunia ini tidak akan melakukan pengrusakan lingkungan seperti yang dituduhkan di atas.
Masalahnya adalah keuntungan dan keberlanjutan bisnisnya tergantung pada ketersediaan bahan baku kayu Eucalyptus secara berkelanjutan dalam volume yang cukup. Karena economic life time perusahaan tidak dibatasi waktu, maka tidak ada pilihan lain bagi perusahaan selain pro-konservasi lingkungan dan sumberdaya alam.
Juga akan dibahas perlunya masyarakat Kawasan Danau Toba mencermati himbauan Bapak Presiden mengenai keterlibatan LSM asing dalam melakukan politik adu domba di negeri ini.
Meskipun beliau telah mengingatkan tidak semua LSM asing terlibat pada kegiatan tidak bermoral tersebut, tulisan ini juga membahas peran komparador (agen) lokal yang dibiayai pihak asing dalam membangun opini publik yang negatif mengenai aktivitas bisnis TPL di KDT.
Mencermati Dua Faktor Penting yang membuat TPL dan Perusahaan Pulp Lainnya Harus Pro-Konservasi Lingkungan
Disadari bahwa hutan yang berada di khatulistiwa atau hutan tropis adalah kunci dalam mengatasi emisi gas-gas rumah kaca (GRK).
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/ProfDr-Manuntun-Parulian-Hutagaol.jpg)