Sumut Terkini

Sebulan Seruan Tutup TPL, Ephorus HKBP Pendeta Victor Tinambunan Sampaikan Catatan Moral & Ekologis

Seruan tutup TPL bukanlah tindakan politik praktis, melainkan bagia dari panggilan iman merawat alam dan memelihara keutuhan ciptaan

Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/MAURITS
Ephorus HKBP Pendeta Victor Tinambunan saat berada pada doa bersama yang digelar di Samosir, Selasa (1/4/2025).  

TRIBUN-MEDAN.com, TARUTUNG - Seruan tutup TPL yang digaungkan Ephorus HKBP Pendeta Victor Tinambunan sudah sebulan. Seruan ini juga disertai refleksi kritis soal moral dan nilai ekologis.

"Tepat satu bulan setelah seruan moral 'Tutup TPL' yang disampaikan kepada publik, kita menyaksikan bahwa seruan ini tidak sekadar berhenti sebagai ekspresi keprihatinan profetik gereja, melainkan telah menjadi gerakan kolektif lintas iman, lintas profesi, dan lintas generasi," ujar Ephorus HKBP Pendeta Victor Tinambunan, Minggu (8/6/2025).

Ia tegaskan, seruan tutup TPL bukanlah tindakan politik praktis, melainkan bagia dari panggilan iman merawat alam dan memelihara keutuhan ciptaan.

"Seruan ini bukan tindakan politik praktis, tetapi bagian dari panggilan iman untuk merawat dan memelihara keutuhan ciptaan, serta keberlangsungan kehidupan," lanjutnya.

"Disamping itu, seruan ini merupakan aksi sosial dalam menjaga keberlanjutan hidup masyarakat adat, dan menggaungkan suara mereka yang selama ini tertindas dan diabaikan," sambungnya.

Menurutnya, bermula dari seruan tersebut, tampak jelas kontinuitas gerakan dan komitmen terhadap langkah-langkah konkret yang tercermin melalui sejumlah indikator.

Pertama, gelombang dukungan dari berbagai pihak semakin luas.

"Selama seulan terakhir, dukungan terhadap seruan ini terus mengalir deras dari berbagai kalangan, antara lain gereja-gereja lintas denominasi di Sumatera Utara, seperti Keuskupan Agung Medan, beberapa Gereja yang tergabung dalam PGI Wilayah Sumatera Utara dan lainnya," sambungnya.

"Mereka turut menyatakan solidaritas moral dan spiritual atas seruan ini. Selain itu, berbagai  lembaga sosial dan organisasi masyarakat, seperti GAMKI, KPKC Kapusin Medan, JKLPK, turut memperkuat narasi keadilan ekologis yang diusung," lanjutnya.

Menurutnya, dukungan pergerakan tersebut datang dari sejumlah tokoh nasional.

"Tokoh nasional dan masyarakat, antara lain Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Panjaitan, Dr. Effendi M.S. Simbolon, Maruarar Sirait yang mendukung kelestarian alam tano Batak, Dumoli Pardede dan kawan-kawan menyampaikan perhatian dan kepedulian terhadap isu ini, sekaligus mengajak semua pihak untuk duduk bersama mencari solusi berkeadilan," ungkapnya.

"Dari kalangan akademisi dan civitas akademika, seperti Dr. Dimpos Manalu, Dr. Melinda Siahaan, dan sejumlah dosen lainnya dari berbagai universitas, menyuarakan pentingnya perlindungan ekosistem sebagai bagian dari tanggung jawab keilmuan dan etika kemanusiaan," terangnya.

Ia juga mengapresiasi ribuan masyarakat melalui media sosial yang turut mendukung seruan tutup TPL tersebut.

"Tak kalah penting, ribuan individu di media sosial—melalui Facebook, Instagram, TikTok dan lainnya, telah menyatakan dukungan, membagikan refleksi, dan memperkuat arus kesadaran kolektif akan pentingnya kelestarian kawasan Tapanuli dan Danau Toba," ungkapnya.

Berbagai dukungan ini menurutnya semakin diperkuat oleh adanya dialog antara Ephorus HKBP bersama dengan pemerintah.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved