Sumut Terkini
Ekspor Karet Sumut Turun 4 Persen pada April 2025, Terhambat Cuaca dan Harga Global
Meski demikian, secara tahunan (year-on-year/YoY), angka ini masih tumbuh 16,33?ri April 2024 yang sebesar 17.878 ton.
Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN – Ekspor karet alam Sumatera Utara (Sumut) kembali mengalami penurunan pada April 2025.
Data Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut mencatat, volume ekspor bulan lalu hanya mencapai 20.799 ton, turun 4 persen dibandingkan Maret 2025 yang sebesar 21.666 ton.
Meski demikian, secara tahunan (year-on-year/YoY), angka ini masih tumbuh 16,33 persen dari April 2024 yang sebesar 17.878 ton.
Edy Irwansyah, Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut, menyatakan bahwa ekspor karet Sumut masih jauh dari kapasitas normal yang bisa mencapai 42.000 ton per bulan.
"Penurunan ini dipicu oleh beberapa faktor, mulai dari gangguan produksi akibat cuaca hingga tekanan harga di pasar global," ujarnya.
Aktivitas produksi karet di Sumut pada April 2025 terganggu oleh cuaca yang tidak menentu. Meski seharusnya sudah masuk musim kemarau, beberapa wilayah justru masih diguyur hujan, menyulitkan petani dalam menyadap lateks.
Selain itu, harga karet alam jenis SICOM TSR20 juga anjlok dari 198,21 sen AS/kg pada Maret menjadi 171,15 sen AS/kg di April.
"Kondisi ini membuat petani enggan memproduksi karena margin keuntungan semakin tipis," kata Edy.
Hingga awal Mei 2025, harga belum menunjukkan pemulihan signifikan dan masih bertahan di kisaran 170,5 sen AS/kg.
Ekspor karet Sumut ke Amerika Serikat mulai terpengaruh oleh penerapan tarif impor baru. Sementara itu, kekhawatiran juga muncul menyambut implementasi European Union Deforestation Regulation (EUDR) yang akan berlaku pada 30 Desember 2025.
Aturan ini mewajibkan produk karet bebas dari deforestasi, menuntut adaptasi cepat dari produsen.
"Ekspor ke Eropa pada April hanya menyumbang 10,51 persen dari total, turun dari Maret yang mencapai 12,73 persen," jelas Edy.
Jepang tetap menjadi pasar utama dengan kontribusi 35,01 % , diikuti AS (15,53 persen), China (9,14 persen), Brasil (7,57 persen), dan Kanada (5,44 persen).
Menghadapi tantangan ini, Gapkindo Sumut mendorong peningkatan traceability (ketertelusuran) dan praktik berkelanjutan di sektor karet. "Pemerintah, industri, dan petani harus bersinergi memastikan produk memenuhi standar EUDR agar pasar Eropa tetap terbuka," tegas Edy.
Upaya lain yang perlu diperkuat termasuk dukungan bagi petani kecil, perbaikan logistik, dan peningkatan produktivitas kebun. Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan ekspor karet Sumut dapat kembali ke tren positif secara berkelanjutan.
(cr26/tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
| Bobby Nasution Sepakat TPL Ditutup Usai Bertemu Dengan Tetua Adat: Paling Lama Seminggu |
|
|---|
| Bertemu Tetua Adat Selama 2 Jam, Bobby Sepakat TPL Ditutup: Surat Rekomendasi Paling Lama Seminggu |
|
|---|
| Tahun 2026, Dinas PRKP Siantar Pakai Eks-Rumah Singgah Covid-19 Sebagai Kantor Baru |
|
|---|
| Akademisi Asia Tenggara Bedah Geopolitik Presiden Prabowo dalam Seminar Internasional di UINSU |
|
|---|
| Polres Tanah Karo Terbitkan Informasi DPO Pelaku yang Terlibat Dalam Pembunuhan Warga Nias |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Petani-karet-sedang-menderes-kebun-karet_.jpg)