Berita Medan

Tren Vape di Kalangan Muda Melonjak, dr Harbi : Lebih Bahaya dari Rokok Biasa

Bahkan, proyeksi awal 2025 menunjukkan tren kenaikan hingga 15 persen, didorong oleh mudahnya akses

Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
6okean
BAHAYA VAPE- Ilustrasi penggunaan vape, dr. Muhammad Harbi Praditya, M.Ked(Paru), Sp.P, dokter spesialis paru di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Adam Malik Medan, mejelaskan efek penggunaan vape yang lebih cepat dari rokok tembakau biasa. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Penggunaan vape atau rokok elektrik di Indonesia terus menunjukkan peningkatan yang mengkhawatirkan, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda.

Berdasarkan data terbaru Kementerian Kesehatan RI, prevalensi pengguna vape pada 2024 mencapai 12,8 persen, naik signifikan dibandingkan 2018 yang sebesar 9,3 persen.

Bahkan, proyeksi awal 2025 menunjukkan tren kenaikan hingga 15 persen, didorong oleh mudahnya akses dan pemasaran agresif produk vape di media sosial.

Menyikapi hal ini, dr. Muhammad Harbi Praditya, M.Ked(Paru), Sp.P, dokter spesialis paru di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Adam Malik Medan, menyatakan keprihatinannya.

"Kenaikan pengguna vape sangat tajam dalam 5 tahun terakhir, dan yang mengkhawatirkan, mayoritas adalah remaja. Mereka mengira vape lebih aman, padahal risikonya justru lebih berbahaya dalam waktu singkat," ujarnya, kepada Tribun Medan.

Meski gangguan paru akibat rokok tembakau masih mendominasi pasien di RS Adam Malik, dr. Harbi menekankan bahwa efek jangka panjang vape lebih sulit diprediksi.

"Rokok tembakau memang menyebabkan kerusakan paru dalam waktu puluhan tahun, seperti kanker atau PPOK. Tapi vape bisa memicu kerusakan akut, bahkan dalam hitungan bulan," jelasnya.

Ia merujuk pada penyakit EVALI (E-cigarette or Vaping Product Use-Associated Lung Injury), gangguan paru berat yang khusus disebabkan oleh vape.

"Pasien bisa mengalami sesak napas mendadak, nyeri dada, hingga gagal napas yang membutuhkan ICU. Di Indonesia, kasusnya mulai bermunculan, meski belum terdata secara nasional," tambahnya.

dr. Harbi membantah anggapan bahwa vape lebih aman daripada rokok tembakau. Menurutnya, rokok elektrik mengandung berbagai zat kimia berbahaya dan lebih adiktif.

"Di dunia medis, sudah ada penyakit khusus akibat vape, yaitu EVALI (E-cigarette or Vaping Product Use-Associated Lung Injury), yang bisa mengancam nyawa," tegasnya. 

EVALI menyebabkan gejala seperti batuk parah, nyeri dada, dan sesak napas berat, bahkan memerlukan perawatan intensif di ICU. "Penyakit ini sulit disembuhkan dan butuh biaya besar untuk perawatannya," tambahnya. 

Dokter Harbi mengungkapkan, ia pernah menangani pasien vape termuda berusia 17 tahun.

"Awalnya tidak mengaku, tapi setelah ditelusuri, ternyata sudah pakai vape selama 7 bulan. Ini membuktikan efek samping vape lebih cepat muncul dibanding rokok biasa," katanya. 

Ia memperingatkan agar anak muda tidak terjerumus dalam tren vape yang dianggap "keren".

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved