Sumut Terkini

Kepala Desa Sebut Sudah Kordinasi dengan Disnaker terkait Warga yang Jadi Korban Perdagangan Orang

Menurutnya, satu orang korban kini sedang berada di Myanmar dan dipekerjakan secara paksa oleh mafia yang diduga melakukan penipuan secara daring.

Penulis: Alif Al Qadri Harahap | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/ALIF
PERDAGANGAN ORANG-Kepala Desa Pematang Sei Baru, Kecamatan Tanjungbalai, Kabupaten Asahan, Dtm Faisal, membenarkan ada warganya yang menjadi korban perdagangan manusia di Thailand dan Myanmar. Kini mengalami penyiksaan dan diperkerjakan secara paksa, Jumat (2/5/2025). 

TRIBUN-MEDAN.COM, KISARAN - Fikri Maulana Syahputra (22) warga Desa Pematang Sei Baru, Kecamatan Tanjungbalai, Kabupaten Asahan menjadi korban perdagangan orang internasional.

Kepala Desa Pematang Sei Baru, Dtm Faisal, mengaku pihaknya sudah dikabari oleh keluarga Korban Rabu (30/4/2025) lalu.

Menurutnya, satu orang korban kini sedang berada di Myanmar dan dipekerjakan secara paksa oleh mafia yang diduga melakukan penipuan secara daring.

"Kami dapat kabar ini dua hari yang lalu. Keluarga korban menghubungi kami, kemudian setelah mendapatkan informasi tersebut langsung saya teruskan ke pemerintah daerah," ujar kepala Desa Pematang Sei Baru, Dtm Faisal, Jumat (2/5/2025).

Katanya, saat ini pihaknya masih berkordinasi dengan pemerintah Kabupaten Asahan untuk mencari solusi yang saat ini dialami oleh korban.

"Kami sudah berkomunikasi dengan dinas ketenagakerjaan Kabupaten Asahan. Saat ini kami masih menunggu petunjuk dari mereka," ujarnya.

Katanya, sejauh ini korban masih dapat dihubungi oleh pihak keluarga meskipun sudah satu pekan yang lalu. 

Erni Yusnita (46) menunjukan foto putranya Fikri Maulana Syahputra (22) yang dianiaya dengan cara disetrum dan dijual ke Myanmar setelah diimingi bekerja di Thailand. Dikediamannya di Desa Pematang Sei Baru, Kecamatan Tanjungbalai, Kabupaten Asahan, Jumat (2/5/2025), Erni bersama suaminya Adrian (46) hanya berharap kepada pemerintah untuk membantu memulangkan anaknya dalam keadaan selamat.
Erni Yusnita (46) menunjukan foto putranya Fikri Maulana Syahputra (22) yang dianiaya dengan cara disetrum dan dijual ke Myanmar setelah diimingi bekerja di Thailand. Dikediamannya di Desa Pematang Sei Baru, Kecamatan Tanjungbalai, Kabupaten Asahan, Jumat (2/5/2025), Erni bersama suaminya Adrian (46) hanya berharap kepada pemerintah untuk membantu memulangkan anaknya dalam keadaan selamat. (TRIBUN MEDAN/ALIF)

Kesedihan terlihat di wajah Erni Yusnita (46) setelah mengetahui anaknya, Fikri Maulana Syahputra (22) dianiaya dan diperdagangkan ke Myanmar.

Air mata jatuh di pipi Erni Yusnita sembari meratapi ponselnya yang terpampang wajah anak semata wayang yang kini belum diketahui secara pasti nasibnya.

Ditambah, Erni sering mendapatkan kabar bahwa anaknya tersebut kerap mendapatkan penyiksaan dan beberapa foto tubuh anaknya dikirim dengan penuh luka lebam.

Bersama suaminya, Adrian (46), menaruh harapan agar anaknya dapat dipulangkan dalam kondisi sehat dan selamat.

"Awalnya dia berangkat itu Agustus 2024 lalu. Katanya, dia mau kerja di resto dengan gaji Rp 12 juta. Niatnya membantu orang tua agar tidak membebankan, tapi dia ditipu," ujar Adrian saat dijumpai di kediamannya di Desa Pematang Sei Baru, Kecamatan Tanjungbalai, Kabupaten Asahan, Jumat (2/5/2025).

Dengan janji bekerja di Thailand, rombongan Fikri dan belasan orang lainnya diboyong secara ilegal menuju Myanmar untuk dipekerjakan secara paksa.

"Di Thailand, dia cuma satu hari menginap. Selepas itu, dibawa ke Myanmar. Disana mereka dipekerjakan secara paksa dan dimasukan kedalam barak," ujarnya.

Harapan sempat muncul setelah salah seorang rekan korban yang berhasil menghubungi Adrian, namun mengirimkan foto bahwa Fikri mengalami penganiayaan.

"Mereka dipekerjakan secara paksa. Ada temannya yang menyembunyikan handphone, beruntung tidak ketahuan, dan dari situlah semua berkomunikasi. Anak saya dipekerjakan dengan paksa, kalau tidak capai target akan disiksa dengan di strum," katanya.

Pekerjaan menipu secara daring, dilakukan oleh Fikri untuk memenuhi target yang sudah ditentukan oleh para pelaku.

"Mereka melakukan scam online. Kalau bahasa kita disini mereka merodes (penipuan). Kalau tidak capai target mereka dimasukan kedalam penjara kemudian di siksa, di strum, sampai ada dari warga negara lain, katanya mereka mencoba melarikan diri, pas keluar dari penjara matanya sudah bolong tinggal 1," katanya.

Ia mengaku khawatir dan kondisi anaknya dan berharap kepada pemerintah untuk membantu memulangkan anaknya tersebut.

Sebab, kini anaknya sedang tidak memegang identitas sama sekali setelah identitasnya dibawa pulang oleh rekan-rekannya.

"Ada beberapa orang berhasil selamat dan sudah pulang. Waktu itu mereka yang selamat dijemput sama tentara pemberontak, anak saya ini disekap di dalam kamar makanya ga bisa lari. Sedangkan paspor dan KTPnya dipegang oleh temannya yang sudah keluar dan kini semua berkasnya di saya," ungkapnya.

Ia berharap Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto untuk membantu anaknya agar segera bisa pulang dan berkumpul lagi bersama keluarga

(cr2/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter   dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved