Sumut Terkini

Heboh Permukaan Air Danau Toba Naik Sampai 2,5 Meter, Ini Respons Bupati Toba Effendi Napitupulu

Air permukaan Danau Toba naik hingga capai 2,5 meter. Hal ini tentu berdampak terhadap sejumlah fasilitas pariwisata yang ada di pinggiran Danau Toba

Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Abdan Syakuro

TRIBUN-MEDAN.com, BALIGE - Air permukaan Danau Toba naik sampai capai 2,5 meter dari biasanya.

Hal ini tentu berdampak terhadap sejumlah fasilitas pariwisata yang ada di pinggiran Danau Toba.

Sejumlah bangunan pemerintah dan fasilitas pengelola wisata yang berada di pinggir Danau Toba sudah terendam air.

Terkait hal ini, Bupati Toba Effendi Napitupulu akan berkoordinasi dengan Balai Wilayah Sungai dan pihak PT Inalum.

Ia memastikan, setelah pembahasan efisiensi anggaran, koordinasi tersebut akan dilakukan secepatnya.

"Setelah kita menyelesaikan pembahasan efisiensi anggaran dan sebelum HUT Kabupaten Toba, kita akan koordinasi dengan Balai Wilayah Sungai dan PT Inalum terkait naiknya permukaan air Danau Toba," ujar Effendi Napitupulu, Kamis (6/3/2025).

"Hal ini berdampak pada sejumlah fasilitas yang dibangun pemerintah dan juga masyarakat," sambungnya.

Sebelumnya, Tribun Medan sudah meninjau lokasi wisata yang berada di jantung Kota Balige pada Kamis (27/2/2025) lalu, pengelola wisata terlihat hanya duduk sembari menatap sejumlah fasilitas yang terendam akibat permukaan air Danau Toba naik.

Destinasi wisata Pantai Lumban Bulbul Balige terdampak, akibatnya kawasan tersebut sepi pengunjung.

Hal itu terlihat dari banyaknya pondok yang tak berisi dan warung di lokasi tersebut yang sepi.

Diperkirakan, air Danau Toba naik 2,5 meter. Kenaikan permukaan air Danau Toba signifikan terjadi pada bulan Januari 2024 sampai saat ini.

Karena permukaan air Danau Toba naik, para pengelola lokasi wisata membuat benteng sementara di pinggiran Danau Toba.

Dengan cara mengisi karung berisi dengan pasir kemudian ditimbun dibibir pantai agar ombak tidak masuk ke warung pengelola wisata.

Seperti pengelola wisata setempat, Lambok Simangunsong (71) menjelaskan, pendapatan yang dulunya minimal Rp 200 ribu per hari, kini tak ada lagi.

Padahal, masyarakat sekitar mayoritas mengandalkan penghasilan dari sektor pariwisata dan kuliner.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved