Ramadan 2025

Mengenal Sejarah Masjid Jamik Ismailiyah, Warisan Kerajaan Bedagai yang Tetap Kokoh Sejak 1880

Di tengah hiruk-pikuk penjajahan kolonial Belanda di Sumatra Timur, Kerajaan Bedagai tetap berdiri tegak.

TRIBUN MEDAN/HUSNA FADILLA TARIGAN
SEJARAH MASJID - Masjid Jamik Ismailiyah, yang hingga kini masih kokoh berdiri di Tanjung Beringin, Serdang Bedagai. Simbol napas keislaman dan warisan budaya yang terus hidup sejak 1880. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Di tengah hiruk-pikuk penjajahan kolonial Belanda di Sumatra Timur, Kerajaan Bedagai tetap berdiri tegak.

Salah satu bukti kejayaannya adalah Masjid Jamik Ismailiyah, yang hingga kini masih kokoh berdiri di Tanjung Beringin, Serdang Bedagai.

Masjid ini bukan sekadar tempat ibadah, melainkan juga simbol napas Keislaman dan warisan budaya yang terus hidup sejak 1880. 

Masjid Jamik Ismailiyah didirikan oleh H. Tengkoe Ismail, seorang pemimpin Kerajaan Bedagai yang juga putra dari Sultan Deli, Sultan Oesman.

Ia dijuluki Soeloeng Laoet karena terlahir dalam perjalanan melintasi laut dari Belawan menuju Bedagai.

"Masjid ini adalah maha karya Raja Tengkoe Ismail. Hingga kini, ia tetap menjadi pusat kegiatan keagamaan dan jejak sejarah Islam di Serdang Bedagai," ujar Badaruddin, pengurus masjid. 

Arsitektur Klasik yang Tetap Terjaga

Masjid Jamik Ismailiyah memikat pengunjung dengan arsitektur klasiknya yang masih dipertahankan sejak awal berdiri. Hanya dua kali masjid ini mengalami pemugaran, termasuk penambahan menara pada 1982.

"Struktur atap dan kubahnya tak banyak berubah. Hanya tiang-tiang yang semula dari kayu diganti dengan cor-coran," jelas Badaruddin. 

Salah satu keunikan masjid ini adalah pondasinya yang menggunakan batu alam berat, dikenal sebagai batu penang. "Batu ini jarang ditemukan di masjid-masjid modern. Selain memperkuat bangunan, batu ini juga berfungsi menahan luapan air sungai," tambahnya. 

Masjid Jamik Ismailiyah tak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga cagar budaya penting di Serdang Bedagai. Sayangnya, istana Kerajaan Bedagai yang dahulu berdiri di sebelah masjid kini hanya menyisakan puing.

"Hanya pondasi batu yang tersisa. Namun, meriam peninggalan perang masih bisa dilihat di tugu juang 45 Kecamatan Tanjung Beringin," kata Badaruddin. 

Lokasi masjid yang berada di pesisir sungai Bedagai membuatnya kerap terkena dampak luapan air. "Tapi alhamdulillah, air tidak pernah masuk ke dalam masjid. Hanya menggenang di halaman belakang, tepatnya di area pemakaman," ujarnya. 

Di belakang masjid, terdapat kompleks pemakaman keluarga Kerajaan Bedagai, termasuk makam Raja Tengkoe Ismail dan anaknya. "Banyak pengunjung yang datang untuk berziarah, baik keturunan kerajaan maupun masyarakat umum," kata Badaruddin.

Tak hanya itu, makam para panglima dan imam besar masjid juga berada di area ini, menambah nilai sejarah dan religi yang kental. 

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved