Siantar Terkini

Ramadan 1446H, Dewan Masjid Kota Siantar Minta Pengeras Suara Tetap Pedomani Toleransi

Ketua Dewan Masjid Kota Pematangsiantar, Armaya Siregar meminta semua pengurus BKM tetap mengedepankan toleransi selama Bulan Suci Ramadan.

Penulis: Alija Magribi | Editor: Randy P.F Hutagaol
TribunWow.com/Rusintha Mahayu
PUASA RAMADAN - Ilustrasi Ramadan.  Ketua Dewan Masjid Kota Pematangsiantar, Armaya Siregar menyebut bahwa pemerintah sendiri telah menetapkan batas kekuatan pengeras suara yakni 100 desibel. 

TRIBUN-MEDAN.com, SIANTAR - Ketua Dewan Masjid Kota Pematangsiantar, Armaya Siregar meminta semua pengurus Badan Kenaziran Masjid (BKM) di Kota Pematangsiantar tetap mengedepankan toleransi selama Bulan Suci Ramadan 1446 Hijriyah/2025 Masehi.

Toleransi tersebut salah satunya adalah penggunaan pengeras suara masjid. 

Armaya menyebut bahwa pemerintah sendiri telah menetapkan batas kekuatan pengeras suara yakni 100 desibel. Namun, jauh sebelum adanya aturan tersebut, penggunaan pengeras suara di Siantar menurut Armaya sudah sesuai. 

"Kita sudah mengimbau kepada pengurus masjid untuk menggunakan batas penggunaan pengeras suara ya. Karena kita juga punya WhatsApp Group seluruh BKM di Kota Pematangsiantar. Jadi sudah saling berkoordinasi," kata Armaya. 

"Artinya jangan sampai berlebihan penggunaan pengeras suara (toa) ini. Karena jujur saja, bukan cuma yang non-Muslim yang terganggu tapi yang Muslim pun terganggu apabila dipakai pada jam-jam yang sepantasnya untuk istirahat. Jadi harus saling memahami lah," katanya. 

Armaya menyebut bahwa toleransi di Kota Pematangsiantar sudah lama terbentuk. Toleransi bukan hal yang baru bagi masyarakat. Dewan Masjid pun sudah mengimbau pelaksanaan tadarusan untuk menggunakan microphone dalam. 

Kemudian hanya azan salat 5 waktu dan pembacaan Alquran (Ngaji) yang menggunakan microphone luar. Itupun waktunya dibatasi selama 5 menit. 

"Kecuali untuk Salat Subuh kita minta 10 menit khusus Ramadan. Dan ini saya rasa nggak ada (masalah) . Karena umat Kristiani di Siantar jam 5 udah bangun. Kebetulan subuh itu, kita kan di Siantar jam 5 pagi, bukan jam 4 seperti di Jakarta," pungkasnya. 

Armaya memastikan bahwa toleransi di Siantar berjalan dengan penuh rahmat. Ia merasa tak ada lagi masalah selama ini terkait pengeras suara.

"Mungkin kalau di perkampungan biasanya itu agak kuat kedengarannya karena mungkin ada hembusan angin atau apa. Jadi pengaruh daerah ini biasanya terjadi juga," kata Armaya seraya memastikan bulan suci ini harus dijalankan dengan penuh toleransi.

(alj/tribun-medan.com) 

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved