Berita Viral
Sejumlah Kelompok Masyarakat di Suriah Minta Perlindungan dari Israel, Siap Dianeksasi ke Golan
Makam Hafez, ayah Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang terletak di kampung halamannya di Qardaha, Suriah, ludes dibakar para pemberontak.
Mereka yang hadir di konvensi tersebut dengan berteriak: “Kami setuju, kami setuju!”
Takut akan pembalasan, sehingga minta bantuan Israel
Dilansir dari The Jerusalem Post, Jumat (13/12/2024), seorang sumber dari Suriah menjelaskan bahwa, konsentrasi populasi Druze yang besar di wilayah Suwayda, yang telah memprotes rezim Assad selama lebih dari satu dekade, desa-desa di wilayah Golan Suriah ini sebagian besar tetap setia kepada rezim yang kini telah digulingkan.
Sumber tersebut menjelaskan bahwa mereka kini takut akan tindakan pembalasan yang keras dari warga Suriah lainnya yang menentang rezim Assad.
Mereka juga meminta Israel untuk memercayai niat baik mereka, meskipun sebelumnya mereka berpihak kepada Assad.
“Desa-desa tersebut sebenarnya merupakan daerah kantong yang dikelilingi oleh kelompok pemberontak, sebagian besar dari mereka adalah penganut Islam Sunni,” imbuh Dr. Yusri Khaizran, dosen senior di Departemen Studi Timur Tengah dan Islam di Shalem College dan peneliti di Harry S. Truman Institute for the Advancement of Peace di Hebrew University.
“Selama bertahun-tahun Israel menghadapi konflik: di satu sisi, Israel berusaha menciptakan mekanisme kesepahaman tertentu dengan organisasi pemberontak di Dataran Tinggi Golan; sementara di sisi lain, komitmen Israel terhadap komunitas Druze di Israel mendorongnya untuk menciptakan persamaan yang seimbang, yang memberi sinyal kepada kaum Islamis bahwa mereka tidak akan diizinkan untuk menyerang daerah kantong Hader dan melakukan pembantaian massal yang kejam terhadap kaum Druze,”pungkas Dr. Yusri Khaizran.
Khaizran berpendapat bahwa konvensi di Hader, di mana para petinggi Druze menyerukan agar mereka dianeksasi ke Israel, bermula dari apa yang ia anggap sebagai 'runtuhnya Suriah.'
"Bahkan jika Suriah tetap menjadi negara, Suriah secara de facto akan tunduk pada kendali milisi, dan saya berasumsi hal ini terjadi dalam konteks ini,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa kehadiran militer Israel yang diperluas di wilayah tersebut dan beberapa hubungan keluarga antara Druze di kedua sisi Dataran Tinggi Golan mungkin juga menjadi katalisator pertemuan ini.
"Kaum Druze tidak pernah bersikap anti-Israel. Di Hader, mereka tahu betul bahwa pihak yang mencegah pemberontak memasuki kota mereka dan 'menuntaskan masalah' adalah Israel, dan hal ini dilakukan atas dasar komitmen Israel terhadap komunitas Druze di sini," tegasnya.
“Yang mengejutkan, komunitas Druze di Israel adalah komunitas Druze terkecil di Timur Tengah, namun komunitas ini pada hakikatnya telah menjadi perisai bagi Druze, pusat gravitasi yang dapat memberikan bantuan kepada Druze di Suriah,”lanjut Khaizran.
“Komunitas Druze Israel telah memberikan kontribusi besar bagi ketahanan komunitas Druze di Suriah, melalui status khusus mereka di Israel,” tegas Khaizran.
“Kami terus melihat kepemimpinan spiritual komunitas Druze di Israel, yang dipimpin oleh Sheikh Muwafaq Tarif, berupaya membela dan mendukung kerabat mereka melalui berbagai saluran,” imbuhnya, merujuk pada pertemuan yang diadakan Tarif dalam beberapa minggu terakhir dengan Perdana Menteri Israel Netanyahu, dan bahkan penguasa Uni Emirat Arab, Sheikh Mohamed Bin Zayed.
Mengenai pertanyaan tentang kerangka politik apa yang diinginkan oleh kaum Druze di Suriah, Khaizran mengatakan, beberapa orang di Israel telah membayangkan negara Druze.
"Tetapi saya yakin bahwa aspirasi mereka lebih condong ke pola otonomi penuh, seperti yang terjadi hingga tahun 1954. Yang lebih penting bagi mereka adalah mencegah milisi Islam memasuki wilayah mereka,” terangnya.
“Perkembangan terkini, dari jatuhnya rezim Assad hingga hancurnya Hizbullah, tentu saja menguntungkan Israel. Satu-satunya kekhawatiran Israel adalah hegemoni Turki di Suriah, tetapi dalam hal efek berantai dari peristiwa ini, hal itu semakin memberdayakan Israel,”imbuh Khaizran.
Perwakilan AS di Suriah Memohon Bantuan Israel
Sementara, Pejuang Kurdi di Suriah utara telah meminta bantuan kepada Israel setelah desa mereka diserbu oleh kelompok ekstremis yang telah lepas dari tahanan, serangkaian dalam serangan yang mengakibatkan jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad.
Israel sedang mempertimbangkan apakah akan menanggapi permintaan bantuan Kurdi atau tidak, karena menghadapi 'dilema' reaksi keras dari Ankara, Turki.
“Tokoh-tokoh senior milisi Kurdi meminta bantuan Israel yang mendesak, mengingat perebutan wilayah dari mereka oleh milisi Islam yang didukung oleh Turki,” kata laporan itu.
Kelompok Kurdi utama yang beroperasi di Suriah adalah Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS, yang membantu AS mengawasi pendudukannya di negara tersebut.
Pasukan ini sebagian besar terdiri dari pasukan Unit Perlindungan Rakyat (YPG) – cabang Suriah dari pesaing lama Ankara, Partai Pekerja Kurdistan (PKK).
Dikutip dari laporan Tribunnews, menyebutkan bahwa Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar telah terlibat dalam upaya diplomatik atas nama militan Kurdi dan Druze di Suriah, dan telah mengangkat masalah tersebut dengan mitranya di Eropa dan dengan Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken.
"Anda menguasai langit; Anda tidak ragu-ragu merebut gunung besar (Gunung Hermon Suriah). Semua orang takut kepada Anda, termasuk Abu Mohammad al-Julani (pemimpin kelompok yang telah menguasai Suriah). Turki menentang Anda dan kami mendukung Anda. Anda harus membantu kami, demi kepentingan Anda sendiri," kata A. Avak, seorang komandan SDF, kepada Israel Hayom.
Pemberontak di Suriah dukungan Turki
Avak menyatakan bahwa bantuan Barat dan Israel sangat dibutuhkan, dan bahwa Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dan kelompok lain yang terlibat dalam serangan baru-baru ini terhadap bekas pemerintah Suriah mungkin suatu hari nanti akan "berbalik melawan" Israel.
Sejauh ini, HTS belum mengambil posisi tegas terhadap serangan besar-besaran Israel terhadap Suriah yang dimulai setelah jatuhnya Assad dan memusnahkan sebagian besar kemampuan militer Suriah.
Pasukan Tentara Nasional Suriah (SNA) yang didukung Turki, yang bertanggung jawab atas kekejaman terhadap suku Kurdi di Suriah, juga telah menguasai wilayah yang signifikan di negara tersebut setelah jatuhnya pemerintahan Assad.
Mazloum Abdi, kepala SDF – yang telah memerangi kelompok ekstremis terkenal itu dengan dukungan AS selama perang Suriah – mengumumkan pada hari Kamis bahwa mereka telah menghentikan operasi anti-ISIS karena serangan yang menargetkan pasukannya, seraya menambahkan bahwa ISIS “sekarang lebih kuat di gurun Suriah.
Abdi mengatakan kepada CNN sehari sebelumnya bahwa SDF telah mulai merelokasi tahanan milisi islam ISIS karena penjara tempat mereka ditahan telah diancam dan diserang oleh kelompok-kelompok lain yang didukung Turki.
Ribuan anggota ISIS telah dipenjara di penjara-penjara yang dikelola SDF sejak jatuhnya kota Raqqa di utara pada tahun 2017. Mereka termasuk 2.000 warga negara asing yang negara asalnya menolak memulangkan mereka.
(*/tribun-medan.com/tribunnews.com/jpost.com)
Israel Kuasai Dataran Tinggi Golan
Masyarakat Suriah Minta Perlindungan Israel
Warga Druze Suriah Bergabung Israel
pemberontakan di suriah
| ANIES Sentil Universitas Oxford Tak Cantumkan Nama Peneliti Indonesia Soal Temuan Rafflesia Hasselti |
|
|---|
| REKOMENDASI Penutupan PT TPL dan PT GRUTI: Upaya Menjaga Kesejahteraan Masyarakat dan Lingkungan |
|
|---|
| FAKTA BARU Kematian Alvaro, Bocah 6 Tahun Diculik di Masjid lalu Dibekap oleh Ayah Tiri |
|
|---|
| KETAHUAN Kelakuan Kejinya Bunuh Anak Tiri Alvaro, Alex Iskandar Akhiri Hidup di Kantor Polisi |
|
|---|
| GELAGAT Alex Iskandar Ikut Cari Jasad Bocah Alvaro Padahal Pelaku Pembunuhan, Akal-Akalan Ayah Tiri |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/warga-suriah-mau-bergabung-israel.jpg)