Berita Viral

PENYEBAB Kejatuhan Rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad, Melemahnya Dukungan Rusia dan Iran

Faktor utama di balik keberhasilan ini adalah lemahnya dukungan internasional kepada Assad, terutama dari sekutunya seperti Rusia dan Iran.

Editor: AbdiTumanggor
AFP
Masyarakat berpesta setelah Kelompok HTS di Suriah di bawah kepempinan Abu Mohammed al-Jawlani berhasil menggulingkan rezim Presiden Assad. (AFP) 

Dia juga menginginkan pemilihan umum yang bebas di Suriah untuk menentukan siapa pemimpin Suriah yang baru.

Ghazi al-Jalali mengatakan hal itu dalam wawancara dengan Al-Arabiya yang dikutip Reuters.

Dia juga mengaku telah melakukan kontak dengan pemimpin pemberontak, Abu Mohammed al-Jawlani tentang masa transisi.

Dalam pidato yang disiarkan di media sosial, Mohammed Ghazi al-Jalali juga mengatakan bahwa Suriah "dapat menjadi negara normal yang membangun hubungan baik dengan tetangganya dan dunia".

Lepaskan seluruh tahanan rezim Assad

Saat pasukan pemberontak menyerbu Suriah, mereka membebaskan tahanan dari penjara pemerintah.

Rekaman video menunjukkan para tahanan dibebaskan dari penjara Saydnaya yang terkenal di Suriah—termasuk seorang anak kecil yang ditahan bersama ibunya—setelah pemberontak menguasai negara tersebut.

Anak tersebut terlihat dalam rekaman video unggahan Asosiasi Tahanan dan Orang Hilang di Penjara Sednaya (ADMSP) yang berbasis di Turki, memperlihatkan para perempuan dibebaskan dari tahanan tersebut.

"Dia (Assad) telah jatuh. Jangan takut," ucap suara daralam video tesebut, yang tampaknya mencoba meyakinkan para perempuan bahwa kini mereka aman.

Video yang diverifikasi oleh kantor berita AFP menunjukkan warga Suriah bergegas untuk melihat apakah kerabat mereka termasuk di antara mereka yang dibebaskan dari Saydnaya, tempat ribuan pendukung oposisi dikatakan telah disiksa dan dieksekusi di bawah rezim Assad.

Sejak tahun 2011, pasukan pemerintah Assad telah menahan ratusan ribu orang di kamp-kamp tahanan.

Di sana, menurut sejumlah kelompok hak asasi manusia, penyiksaan merupakan hal yang biasa.

Pada 2022, sebuah laporan mencatat lebih dari 30.000 tahanan telah dieksekusi atau meninggal akibat penyiksaan, kurangnya perawatan medis, atau kelaparan pada periode 2011-2018.

Masyarakat berpesta setelah Kelompok HTS berhasil menggulingkan Assad
Masyarakat berpesta setelah Kelompok HTS di Suriah di bawah kepempinan Abu Mohammed al-Jawlani berhasil menggulingkan rezim Presiden Assad. (AFP)

Warga rayakan kejatuhan rezim Assad

Atas penggulingan rezim Assad ini, warga ibu kota Damaskus, Hama, Homs, dan sejumlah kota-kota telah merayakan kejatuhan rezim Assad.

"Untuk pertama kalinya, ada perasaan kebebasan yang sesungguhnya," kata seorang warga kepada BBC.

"Ini adalah perasaan yang belum pernah kami alami sebelumnya, dan ini mengejutkan kami," ujarnya.

Rekaman video telah beredar di media sosial yang memperlihatkan sejumlah warga di pusat kota Damaskus merayakan jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad.

"Jalan-jalan di luar dipenuhi dengan perayaan. Di Alun-alun Umayyah, orang-orang merayakan dengan cara yang begitu damai. Mereka menyalakan kembang api. Ya, kami mendengar beberapa tembakan, tetapi sebagian besar adalah kembang api," katanya.

"Apa yang kami rasakan benar-benar menyerupai apa yang kami rasakan selama revolusi yang dimulai pada tahun 2011. Ini adalah kelanjutan dari mimpi yang telah dimulai tahun itu."

Warga Suriah anti-Assad di luar negeri rayakan jatuhnya pemerintahan.

Warga Suriah yang mengungsi secara paksa ke luar negeri telah menggunakan media sosial untuk merayakan berakhirnya kekuasaan Presiden Bashar al-Assad.

"Ya Tuhan, saya tidak bisa berhenti menangis. Saya membayangkan hari ketika saya kembali," tulis aktivis HAM asal Suriah, Rima Flihan di halaman Facebook-nya.

Menurut UNHCR, Suriah mengalami krisis pengungsi terbesar di dunia.

Organisasi PBB yang menangani pengungsi itu memperkirakan bahwa sekitar 6,6 juta orang Suriah terpaksa meninggalkan rumah mereka sejak 2011.

Lantaran informasi perkembangan terbaru di Suriah terus berdatangan hingga dini hari, 8 Desember 2024, banyak yang mengatakan mereka tidak bisa tidur.

"Bagaimana kami bisa tidur, ketika mendengar negara kami saat ini sudah dibebaskan," kata seorang pengguna media sosial.

Sebagian besar menyatakan ketidakpercayaan mereka pada perubahan yang berlangsung cepat di Suriah.

Ketika pasukan oposisi tiba di Damaskus, banyak pengguna mengunggah video perayaan kubu oposisi itu.

Sebagian warga Suriah di pengasingan mengaku meneteskan air mata bahagia.

Banyak yang merayakan peristiwa itu, terutama ketika beredar berita bahwa pasukan oposisi mengambil alih penjara Saydnaya di dekat Damaskus, dan membebaskan puluhan ribu tahanan politik yang ditahan di sana.

"Ini adalah hari yang kita semua tunggu-tunggu," tulis seorang pengguna.

"Suriah saat ini untuk orang Suriah," kata yang lain.

(*/Tribun-medan.com/Tribunnews.com/Kompas.com/BBC)

Sumber: Tribun Medan
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved