Tempat Wisata di Sumut

Wasiat Kemanusiaan Tjong A Fie, Tinggalkan Pesan Toleransi Mendalam

Rumah penuh sejarah berharga itupun kini dapat dikenang, lantaran sudah menjadi museum Tjong A Fie Mansion yang terbuka untuk umum.

TRIBUN MEDAN/RISYA
Tjong A Fie Mansion yang terletak di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Kesawan, Kota Medan kini menjadi saksi sejarah tingginya tingkat toleransi seorang saudagar asal Tiongkok. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN- Di tengah hiruk pikuk Kota Medan, berdiri megah sebuah bangunan bersejarah yang menjadi simbol kejayaan dan kebijaksanaan seorang saudagar besar, bernama Tjong A Fie.

Rumah penuh sejarah berharga itupun kini dapat dikenang, lantaran sudah menjadi museum Tjong A Fie Mansion yang terbuka untuk umum.

Lebih dari sekadar rumah, Tjong A Fie Mansion menyimpan wasiat nilai-nilai kemanusiaan dan toleransi yang ia tinggalkan melalui wasiatnya yang mulia. Warisan itupun cukup menarik perhatian wisatawan yang berkunjung.

Junita, satu di antara pemandu di Tjong A Fie Mansion menjelaskan, Tjong A Fie lahir pada 1860 di Guangdong, Tiongkok, dan tiba di Sumatra pada usia muda untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Seorang pemandu yang bertugas di Tjong A Fie Mansion
Seorang pemandu yang bertugas di Tjong A Fie Mansion, Junita sedang menjelaskan isi wasiat Tjong A Fie

“Dengan kerja keras, ia berhasil menjadi saudagar kaya dan tokoh berpengaruh di Medan. Namun, bukan kekayaannya yang membuat namanya dikenang, melainkan dedikasinya untuk membantu sesama tanpa memandang suku, agama, atau status sosial,” ujar Junita sambil mengajak tim Tribun Medan berkeliling di Tjong A Fie Mansion, Jalan Jenderal Ahmad Yani, Kesawan, Kota Medan.

Wasiat yang ditulis menjelang akhir hayatnya pada 1920, menjadi saksi nyata dari kepeduliannya terhadap masyarakat. Dalam wasiat tersebut, Tjong A Fie mengamanatkan agar sebagian besar hartanya digunakan untuk membangun fasilitas publik, seperti rumah sakit, sekolah, dan tempat ibadah lintas agama.

Beberapa di antaranya adalah Masjid Raya Al-Mashun, Gereja Immanuel, Rumah Sakit Tiong Hwa, yang hingga kini masih berdiri dan melayani masyarakat.

Wasiat tersebut dibuat pada Rabu (20/10/1920) di hadapan seorang notaris Kota Medan, Dirk Johan Focquin de Grave. Wasiat mulia Tjong A Fie yang telah diterjemahkan dari bahasa Belanda tersebut berisi:

1.     Merawat kuil nenek moyang, membiayai ongkos upacara akan peringatan Tjong A Fie dan juga upacara suci keagamaan nenek moyang Tjong A Fie.

2.     Mengadakan perawatan serta memajukan pendidikan dan pelajaran anak-anak Tjong A Fie yang sudah dan akan lahir dari keturunan laki-laki dalam derajat yang tidak terbatas.

3.     Memberikan tunjangan keuangan kepada yang muda-muda yang berbobot dan berkelakuan baik, tanpa membedakan golongan rupa yang untuk melanjutkan dan menyempurnakan pelajarannya memerlukan bantuan tersebut.

4.     Memberikan sedekah/santunan kepada yang berkepentingan tanpa membedakan golongan bangsa yang oleh karena cacat badan, buta, sakit panjang atau penyakit-penyakit lain tidak mempu menghidupi dirinya sendiri.

5.     Meringankan beban kerugian yang diderita oleh orang-orang tanpa membedakan golongan bangsa sebagai akibat dari bencana-bencana alam yang dalam tiap-tiap keadaan harus dimusyawarahkan/rapat bersama dengan keluarga.

Tjong A Fie Mansion, yang dibangun pada 1895, juga menjadi bagian dari kisah hidupnya yang penuh inspirasi. Rumah ini dirancang dengan gaya arsitektur yang memadukan unsur Tionghoa, Melayu, dan Eropa, mencerminkan semangat keberagaman yang dijunjung tinggi oleh pemiliknya.

Selain menjadi tempat tinggal keluarga, mansion ini juga menjadi pusat kegiatan sosial dan bisnis, di mana Tjong A Fie kerap menerima tamu dari berbagai kalangan, termasuk para pejabat kolonial Belanda.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved