Berita Medan

Kebiasaan Merokok Faktor Utama Pemicu PTM Kronis, Ini Penjelasan Pakar Kesehatan

Topik ini menjadi pembahasan utama dalam diskusi yang diselenggarakan Koalisi Indonesia Bebas TAR (KABAR)

Penulis: Anisa Rahmadani | Editor: Ayu Prasandi
HO
Guru Besar Kehormatan Universitas Prima Indonesia, Prof. dr. Mariatul Fadilah saat menjelaskan terkait faktor utama pemicu Penyakit Tidak Menular (PTM). 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN- Dalam upaya mencapai tujuan untuk mengurangi angka perokok dan risiko terhadap Penyakit Tidak Menular (PTM), para pemangku kepentingan terkait perlu mendorong strategi edukatif mengenai konsep pengurangan bahaya tembakau (tobacco harm reduction). 

Topik ini menjadi pembahasan utama dalam diskusi yang diselenggarakan Koalisi Indonesia Bebas TAR (KABAR) dengan mengusung tema Penerapan Pengurangan Bahaya dalam Menekan Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular di Kota Medan.

Narasumber diskusi ini antara lain Guru Besar Kehormatan Universitas Prima, Prof. dr. Mariatul Fadilah, Praktisi Kesehatan, Dr. dr. Cashtry Meher dan Akademisi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Dr. Indra Mustika.

Guru Besar Kehormatan Universitas Prima Indonesia, Prof. dr. Mariatul Fadilah, menjelaskan kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor utama pemicu berbagai PTM kronis, termasuk stroke, jantung, dan kanker. 

“Dengan tingginya prevalensi merokok di Indonesia yang sudah melebihi 70 juta orang, maka hal ini akan berdampak signifikan terhadap peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular di masyarakat. 

Permasalahan ini perlu diselesaikan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait agar prevalensi merokok semakin berkurang sehingga memperkecil risiko terpapar Penyakit Tidak Menular demi terciptanya peningkatan kualitas hidup masyarakat,” ujarnya.

Menurut Prof. Mariatul, perokok dewasa mengalami kesulitan untuk berhenti kebiasaan merokok secara langsung (cold turkey). 

Oleh sebab itu, perlu adanya kolaborasi dengan para pemangku kepentingan terkait seperti pemerintah pusat dan daerah, kementerian/lembaga, akademisi, praktisi kesehatan, hingga komunitas untuk mengedukasi penerapan pola hidup sehat, seperti mulai dari menjaga pola makan, rutin berolahraga, tidur teratur, dan menghindari kebiasaan merokok

“Perokok dewasa perlu mendapatkan edukasi mengenai penerapan pola hidup sehat yang membantunya untuk keluar dari kebiasaan merokok

Upaya tersebut tentunya perlu dibarengi dengan dukungan moril dari lingkungan terdekat agar perokok dewasa memiliki keyakinan kuat untuk berhenti dari kebiasaan merokok demi memperbaiki kualitas hidupnya,” jelasnya.

Praktisi Kesehatan, Dr. dr. Cashtry Meher, menambahkan, berhenti merokok secara langsung memang sangat sulit dilakukan. Sebab, perokok dewasa berpotensi untuk mengalami gejala relapse atau kembali ke kebiasaan merokok

Oleh sebab itu, selain mendorong penerapan pola hidup sehat, perlu adanya upaya edukatif lainnya seperti penerapan konsep pengurangan bahaya tembakau (tobacco harm reduction) yang memanfaatkan inovasi teknologi terkini untuk mengurangi kebiasaan merokok

Dengan mengoptimalkan upaya alternatif tersebut, prevalensi merokok, terutama di Kota Medan, diharapkan dapat turun.

“Memaksimalkan konsep pengurangan bahaya tembakau melalui pemanfaatan produk tembakau alternatif dapat menjadi opsi terbaik bagi perokok dewasa untuk mengurangi kebiasaan merokok sekaligus membantu Pemerintah Kota Medan dalam menurunkan prevalensi merokok serta angka Penyakit Tidak Menular,” jelasnya.

Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), kebiasaan merokok meningkatkan risiko terpapar PTM

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved