LPKA Medan Kembali Gelar Art-Therpy, Jaga Kesehatan Mental Anak Binaan 

Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas I Medan bekerja sama dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bina Tunas Muda Cakrawala (Bintula)

Editor: Muhammad Tazli
Tribun Medan/ IST
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas I Medan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Utara (Kemenkumham Sumut), bekerja sama dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bina Tunas Muda Cakrawala (Bintula) Kota Medan gelar Art-Therapy bagi Anak Binaan, Rabu (20/11/24). 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas I Medan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Utara (Kemenkumham Sumut), bekerja sama dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bina Tunas Muda Cakrawala (Bintula) Kota Medan gelar Art-Therapy bagi Anak Binaan, Rabu (20/11/24).

Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya untuk menjaga kesehatan mental bagi Anak Binaan.

Petugas pembinaan LPKA Medan, Purnama Laoli, mengatakan kegiatan yang berlangsung di ruang sekolah LPKA Medan ini menjadi wadah bagi Anak Binaan untuk mengekspresikan emosi mereka melalui seni lukis. Selain itu, kegiatan ini bagian dari acara memperingati hari Anak Sedunia yang jatuh setiap 20 November.

"Kami dari Lembaga Pembinaan Khusus Anak Medan selalu berkomitmen untuk memastikan Anak-anak Binaan sehat, baik jiwa maupun raga (mental). Semoga kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar dan baik, serta semoga kita dapat hidup bahagia dan sehat selalu," ujar Purnama Laoli.

Sementara itu, Mawarni, salah seorang guru PKBM Bintula yang terlibat kegiatan tersebut menerangkan bahwa kegiatan art-therapy ini diikuti oleh 35 Anak Binaan.

Baca juga: Dukung Program Akselerasi Menteri, Rutan Humbahas Beri Bantuan Sosial kepada Keluarga WBP dan Warga

Sebelum memasuki sesi art-therapy, seluruh peserta melakukan relaksasi yang dipandu oleh guru PKBM Bintula, Muhammad Ottis Yudhaprawira. Dalam sesi ini, Ottis memperkenalkan teknik Butterfly Hug, sebuah teknik psikologis berupa stimulasi bilateral dengan memeluk diri sendiri sambil mengetuk-ngetuk kedua pundak dengan ujung jari. Teknik ini bertujuan untuk membantu anak binaan melepaskan ketegangan emosional sehingga peserta merasa lebih rileks dan tenang sebelum mulai melukis.

Lanjutnya, Mawarni menyebutkan dalam sesi Art-Therapy ini peserta tidak harus memiliki kemampuan menggambar yang mumpuni. Pasalnya, sifat penggambaran bebas sesuai dengan emosi tengah dirasakan.

"Apakah harus bisa menggambar untuk ikut terapi seni? Jawabannya tidak harus karena sifat penggambaran bebas sesuai dengan emosi yang ingin kalian gambarkan sendiri," jelasnya.

Art-Therapy ini mendapatkan respon positif dari Anak Binaan. Salah satunya Dika, ia menyampaikan harapannya terhadap terapi seni ini. "Semoga setelah ini, kita bisa lebih memahami diri sendiri dan lebih ceria lagi," katanya.

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved