Sumut Terkini

Ahmad Sahroni Komentari Kasus Penyerangan Personel TNI Terhadap Warga Sipil di Sibiru-biru

Awalnya, dia meminta supaya semua pihak menunggu penyelesaian yang dilakukan TNI hingga rampung.

Penulis: Fredy Santoso | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/FREDY SANTOSO
Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni (Tengah) Kapolda Sumut Irjen Whisnu Hermawan (Kanan) dan Kajati Sumut Idianto (Kiri) saat diwawancarai di Polda Sumut, Jumat (15/11/2024). Sahroni turut menyoroti seorang jaksa yang bertugas di Kejaksaan Negeri Tapanuli Selatan (Tapsel) bernama Jovi Andrea Bachtiar dituntut 2 tahun penjara oleh rekan sesama jaksa di Pengadilan Negeri Padangsidimpuan. 

TRIBUN-MEDAN.com,MEDAN- Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni mengomentari penyerangan yang dilakukan personel TNI dari Batalyon Artileri Medan (Armed) 2 Kilap Sumagan yang mengakibatkan satu orang tewas dan belasan luka-luka di Desa Selamat, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara.

Awalnya, dia meminta supaya semua pihak menunggu penyelesaian yang dilakukan TNI hingga rampung.

Namun kemudian dia terkesan menyudutkan warga Kecamatan Sibiru-biru yang jadi korban pembantaian prajurit Angkatan Darat (AD) tersebut.

Menurutnya, penyerangan yang dilakukan TNI karena arogansi masyarakat akibat pengaruh narkoba maupun minuman keras.

"Kita berharap kan gini, rakyat kita ini kadang arogansinya muncul karena apa, narkoba,minum. Yang disalahin sekarang ini kebanyakan TNI, Polri dan para pejabatnya. Tapi kita, kan enggak tahu rakyat itu melakukan sesuatu merugikan siapa,"katanya di Polda Sumut, saat melakukan kunjungan kerja, Jumat (15/11/2024).

Sahroni tidak menjelaskan secara rinci sejauh mana informasi yang didapatnya mengenai insiden ini.

Politikus partai Nasional Demokrasi (Nasdem) ini menduga penyerangan karena sekelompok pemuda bermotor tak terima ketika ditegur prajurit TNI.

Alhasil, personel TNI menyerang dan membantai warga sipil tanpa ampun.

Pria dengan julukan 'Crazy Rich ' Tanjung Priok ini juga terkesan menyudutkan warga yang menjadi korban.

"Jadi rakyat juga jangan semena mena. Enggak boleh. Tapi, kalau diperlakukan semena-mena gak mau, seolah-olah institusi menganiaya,menzolimi. Padahal sebaliknya rakyat kadang gak paham dan gak ngerti sok-sok an, arogan, sok sokan, sok kuat, sok preman,"katanya.

"Makanya dibikin premanisme balik dia kewalahan.Nah itu, terkadang kita butuh informasi yang tepat dari TNI nya nanti,"sambungnya.

Sebelumnya, sejumlah anggota TNI menyerang ke pemukiman warga di Desa Selamat, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara Jumat 8 November malam hingga Sabtu dinihari mengakibatkan satu warga bernama Raden Barus meninggal dunia dan belasan luka-luka.

Dalam satu malam, penyerangan disebut berlangsung sebanyak tiga kali.

Prajurit yang disebut kuat bersama rakyat malah menghajar masyarakat secara membabi-buta menggunakan senjata tajam dan benda tumpul.

Terpisah, Kapendam I Bukit Barisan Kolonel Dody Yudha mengatakan, kasus ini telah ditangani oleh Pomdam I Bukti Barisan.

Pihaknya juga telah mengambil langkah-langkah, usai peristiwa penyerangan tersebut. 

"Dari pihak Kodam masih melaksanakan penyelidikan, jadi kita sudah ada langkah-langkah yang dilakukan oleh Kodam, dari pihak Pangdam sudah melaksanakan mediasi kepada pihak korban dan kepada masyarakat, di Armed 2/105," kata Dody, Minggu (10/11/2024).

(Cr25/Tribun-medan.com)

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved