Jelang Indonesia Vs Jepang
Datang Satu Hilang Satu
Harapan publik sepak bola Indonesia untuk menyaksikan “kekuatan baru” Tim Nasional di matchday lima kualifikasi Piala Dunia
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.com- Harapan publik sepak bola Indonesia untuk menyaksikan “kekuatan baru” Tim Nasional di matchday lima kualifikasi Piala Dunia versus Jepang di Gelora Bung Karno, Jakarta, 15 November 2024, akhirnya pupus.
Lagi-lagi Indonesia tidak bisa tampil “full team”.
Padahal tadinya asa ini sudah membubung.
“Meleset” dari perkiraan, atau barangkali lebih tepatnya “tak seperti yang dibayangkan” [berangkat dari pernyataan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir], proses naturalisasi Kevin Diks Bakarbessy, pemain keturunan Indonesia berdarah campuran Belanda-Maluku, kembali berjalan dalam proses yang sangat cepat.
Terhitung kurang dari sepekan saja sejak alih kewarganegaraannya direstui para wakil rakyat di DPR RI, Diks, pemain klub Denmark FC Coppenhagen, telah sah sebagai Warga Negara Indonesia (WNI).
Kemudian, hanya dalam hitungan jam, ia sah pula memperkuat Pasukan Garuda usai peralihan status pemain federasinya; dari Koninklijke Nederlandse Voetbalbond atawa KNVB ke PSSI, rampung dilakukan.
Di saat yang hampir bersamaan, nun dari Enschede, kota tempat FC Twente bermarkas, terbetik kabar bahwa nama Mees Hilgers akan masuk ke dalam starting line up laga lanjutan Eredivisie versus Ajax Amsterdam.
Hilgers sebelumnya mengalami cedera hamstring kala timnya bentrok dengan Willem II yang membuatnya absen di pertandingan Europa League kontra OC Nice pada 7 November.
Jika Pelatih Kepala Twente, Joseph Oosting, berani menurunkannya di laga sebesar dan sepenting melawan Ajax, maka asumsinya tentulah Hilgers sudah pulih.
Apa boleh buat, asa pun membubung kian tinggi. Publik sepakbola Indonesia membayangkan Hilgers dan Diks berada di lapangan, bersama Jay Idzes dan Calvin Verdonk untuk membentuk formasi empat bek sejajar.
Formasi yang sekarang paling banyak diterapkan oleh pelatih-pelatih di hampir semua liga besar dunia dan tim nasional, tapi memang yang tidak pernah berani diturunkan Shin Tae-yong (STY) sejak ia membesut Tim Nasional Indonesia.
Kenapa? Kemungkinan besar lantaran STY merasa kekuatan dua bek tengah Indonesia tidak benar-benar seimbang dan dapat membentuk gerendel pertahanan yang solid dengan kedua bek sayap.
Diks pemain versatile, termungkinkan untuk bermain [dengan kualitas sama baik] di beberapa posisi berbeda.
Di Coppenhagen, juga di Vitesse Arnhem dan Aarhus Gymnastikforening (AGF), Diks bisa ditempatkan sebagai bek kanan, bek kiri, bek tengah (sebelah kanan maupun kiri), serta gelandang bertahan.
Dengan keberadaannya, maka STY dapat lebih percaya diri untuk menduetkan Hilgers dengan Idzes di jantung pertahanan, karena di sisi kiri ada Verdonk yang juga memiliki kualitas “standar Eropa”.
| KRONOLOGI Iwan Bunuh Guru PPPK, Bermula Cekcok dengan Istri, Nyelinap Masuk Kamar Kos Korban |
|
|---|
| REKAM JEJAK Irjen Gatot Handoko, yang Sebut Polisi Cuma Babu Masyarakat, Hartanya Cuma Rp 100 Juta |
|
|---|
| PENGAKUAN Jansen Henry, Mahasiswa Bimbingan Levi Kuak Hubungan Sang Dosen dengan AKBP Basuki |
|
|---|
| Eks Kadis Perkim Medan Diperiksa Kejari Dugaan Korupsi Proyek Rusunawa |
|
|---|
| AWAL Mula Kasus Vita Amalia ASN Viral Injak Al Quran, BKN Kini Setujui Pemecatan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/CIUM-BENDERA.jpg)