Sumut Memilih

Potensi Golput Pilkada Medan, Akademisi : Janji Muluk Calon buat Rakyat Apatis

Berkaca pada Pilkada Medan 2020 lalu, tercatat hanya 46 persen masyarakat Medan yang ikut menggunakan hak suara. 

Penulis: Anugrah Nasution | Editor: Ayu Prasandi
HO
Ilustrasi golongan putih atau golput di Pilkada Medan. 

TRIBUN-MEDAN. com, MEDAN- Pemilihan Wali Kota Medan masih dibayangin kekhawatiran rendahnya partisipasi pemilih.

Berkaca pada Pilkada Medan 2020 lalu, tercatat hanya 46 persen masyarakat Medan yang ikut menggunakan hak suara. 

Rendahnya partisipasi pemilih terjadi seiring peningkatannya jumlah golongan putih atau golput pada setiap Pilkada Medan

Misal pada 2015 lalu partisipasi pemilih di kota Medan pada pemilihan walikota hanya sebesar 25 persen, jauh lebih rendah dari partisipasi pemilih pada P2010 sebesar 38 persen. 

Besarnya jumlah golput akan membuat dukungan masyarakat terhadap pemerintah terpilih menjadi rendah. 

"Golput ini berdampak bagaimana dukungan masyarakat terhadap pemerintah terpilih nantinya. Karena masyarakat yang tidak memilih juga punya pandangan tidak percaya terhadap calon pemimpinnya.

Saya melihat mereka yang golput paham siapa itu calon. Dan kenapa partisipasinya rendah, bisa saja jumlah yang begitu besar tidak sesuai dengan angka pemilih.

Yang lain golput muncul karena masyarakat apatis, skeptis dan pesimis, bahwa siapa pun calon yang terpilih tidak akan membuat kemajuan masyarakat Medan," kata akademisi Universitas Negeri Medan, Dr Bakhrul Khair Amal kepada tribun, Kamis (17/10/2024). 

Bakhrul berpendapat, jumlah golput bisa ditekan melalui program dan sosok calon walikota Medan yang diusung partai politik. 

Saat memasuki kampanye seperti saat ini, masyarakat sebut Bahrul akan melihat program, visi misi yang bakal diimplementasikan.

"Tidak muluk muluk, mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat ingin itu," kata Bakhrul. 

Menurutnya, janji yang muluk muluk justru membuat masyarakat yakin untuk tidak memilih. 

Golput sebut Bakhrul adalah sikap dari keyakinan tidak akan perubahan yang terjadi paska pelaksanaan pemilihan walikota. 

Belum lagi sebutnya, partai politik tidak menjalankan kaderisasi dan proses seleksi yang baik melahirkan sosok pemimpin yang tak diinginkan. 

"Untuk itu kita saat ini bisa melihat jejak rekam calon, apa yang sudah dilakukan. Karena visi missi itu masih akan, bisa dilakukan bahkan dilupakan.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved