Wawancara Khusus
Wawancara Khusus Calon Wali Kota Medan Prof Ridha Dharmajaya
rof Ridha Dharmajaya maju sebagai calon walikota Medan. Berpasangan dengan Abdul Rani, kedua diusung oleh PDIP, Hanura, PPP, Ummat, Gelora dan PKN.
Penulis: Anugrah Nasution | Editor: Randy P.F Hutagaol
Jadi kita mungkin akan bekerja sama dengan kelompok masjid, gereja, supaya kita punya data jemaat nya supaya nanti kalau terjadi sesuatu krisis ekonomi itu akan turun menjadi masyarakat miskin dan itu bisa memicu terjadinya problem sosial.
Kita harus memastikan tidak ada masalah dengan makan. Lihat masing-masing daerah kita ini punya kekhususan, jadi akan lihat profesi per profesi, mereka kalau nelayan misalnya tentu kita lihat apa yang menjadi kendala bagi nelayan itu untuk berdaya.
Apakah bahan bakar bersubsidinya atau zona tangkapnya atau harga jualnya. Setelah dia dapat ikan itu nah kita akan lihat kita bisa masuk di mana, kemudian bagaimana kita bisa mengundang sebuah pertumbuhan.
Pada hari ini memang salah satunya adalah untuk membuka sentral-sentral keramaian terutama di malam hari, karena banyak kita lihat daerah daerah malam tidak ada kegiatan aktivitas, perlu ada spot ekonomi baru yang dibuat.
Pertanyaan: program kesehatan di Medan yang sering ditolak, baik negeri maupun swasta, tapi pelayanan di swasta lebih baik dari negri. Kota Medan ramai ke penang untuk dapat pelayanan, bagaimana tanggapan?
Jawab: Kita bagi dua segmen, pertama masyarakat yang membutuhkan BPJS dan hari ini pemerintah kota sudah memunculkan, UHC. Tapi saya gak tau bagaimana teknis karena ini kan tetap berhubungan dengan BPJS, dari informasi yang saya dapat, begitu berobat dengan UHC, dia ditanyakan punya BPJS atau tidak.
Kalo punya supaya digunakan. Kalo mereka berobat dengan UHC maka RS harus melayani, pelayanannya pernah di audit gak? Selama ini investigasi yang dilakukan dilayani atau tidak, tapi pelayanan yang digunakan tidak tau.
Pertanyaan: Mestinya standardnya sama dengan pelayanan BPJS?
Jawab: Kan ada standar pelayanan medik terhadap masing masing penyakit, saya enggak pengen kita hanya kepada BPJS ini, artinya bukan barometer yang paling utama, kita sebenarnya punya kemampuan dengan kapasitas volume yang tertanggung masyarakat kota medan itu 2 jutaan lebih, kita bukan hanya bisa menyalurkan peserta ke BPJS tapi kalo kita pengen berpikir lebih kita bisa punya BPJS nya, kalo kita merubah cara berpikir kita, kota butuh pendapatan, selama ini background kita pajak dan retribusi, kalo ini bisa dimaksimalkan maka kita punya bpjs sendiri yang justru memberikan penghasilan buat kita.
Di segmen lain, ada saudara kita yang ke medan aja jarang, tapi begitu datang ke Medan pergi ke kualanamu terbang ke Penang, hanya untuk pemeriksaan, artinya ada segmen yang mereka tidak perlu BPJS tapi mendapatkan layanannya yang premier yang terbaik, ini kita gapunya tempatnya.
Pertanyaan: Masih praktek di RS?
Jawab: Sesuai profesi masih, sesuai kebutuhan juga ga bisa langsung di cut gak melayani. Kalau menyangkut posisi saya sebagai Profesor dan staf pengajar di USU kan PNS tuh, maka memang saya harus berhenti, jadi saya punya karir tuh sebenarnya saya sudah menjalani karir saya 22 tahun sebagai staf pengajar di USU dan ada kurang lebih 19 tahun lagi sebenarnya karir saya sebagai Profesor dan bisa diperpanjang 19 tahun jadi totally masih 28 tahun.
Pertanyaan: Berapa banyak dokter beda saraf di Sumut?
Jawab: 24 dokter.
Pertanyaan: komunikasi dengan wakil walikota Abdul Rani intens? bagaimana komitmen 5 tahun kedepan?
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Prof-Ridha-Dharmajaya-saat-wawancara-khusus-di-studio-tribun-medan_.jpg)