Wawancara Khusus
Wawancara Khusus Calon Wali Kota Medan Prof Ridha Dharmajaya
rof Ridha Dharmajaya maju sebagai calon walikota Medan. Berpasangan dengan Abdul Rani, kedua diusung oleh PDIP, Hanura, PPP, Ummat, Gelora dan PKN.
Penulis: Anugrah Nasution | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN-MEDAN. com, MEDAN - Prof Ridha Dharmajaya maju sebagai calon walikota Medan. Berpasangan dengan Abdul Rani, kedua diusung oleh PDIP, Hanura, PPP, Ummat, Gelora dan PKN.
Ridha sendiri merupakan akademisi dan juga dokter spesialis saraf. Setelah 20 tahun sebagai dokter sekaligus akademisi di Universitas Sumatera Utara, Ridha maju sebagai calon Walikota Medan.
Dan berikut adalah wawancara khusus dengan Ridha bersama pimpinan redaksi Iin Sholihin.
Pertanyaan: Latar belakang terjun dunia politik?
Jawab: Di SMA kuliah ya kita tentu aktivis lah ya dari organisasi kemahasiswaan ya kita punya organisasi yang kita ikutin nah cuma memang pada saat itu di saat saya, kuliah di kampus itu justru tidak masa-masa momen-momen yang krusial dengan kegiatan politik. Jadi kalau di 98 kan tentu ada peristiwa politik. Saya justru 98 itu sudah lulus sudah kerja di daerah sebagai dokter.
Jadi bahwa orang kita selama pendidikan dulu sebagai aktivis lya tapi memang sebagai dokter, kita kita selama pendidikan dulu sebagai aktivis iya, tapi memang sebagai dokter kita akhirnya melihat profesi jadi kita bekerja di profesi kita.
Nah Apakah dalam profesi kita kita aktif ya bisa dikatakan aktif juga karena aktifnya dalam lingkup profesi jadi sebagai ketua perhimpunan spesialis bedah saraf,
misalnya untuk Sumatera Utara.
Pertanyaan: Alasan memilih wali kota?
Jawab: Saya sejak awal tuh sangat mencintai profesi beda saraf, jadi saya dari
awal tuh, enggak pernah mikir pengin jadi dokter, tapi Ibu saya yang memang pengen
banget saya jadi dokter.
Nah tapi beda saraf itu memang mimpi saya gitu jadi betul-betul Suatu profesi yang sangat saya inginkan sejak awal. Spesialis beda saraf di UI S1 kedokteran di USU dan saat ini guru besar di USU.
Pertanyaan: Kenapa melompat ke dunia politik?
Jawab: Ada dari sisi pribadi, dan sisi orang banyak. Kalau kita melakukan tindakan operasi, kita angkat tumornya gitu ya, pasiennya sembuh satu keluarga bahagia.
Oke nah dan ini tentunya nya setelah saya tamat bedah saraf tuh kita tuh pengin jadi the best di situ ya, top of the dream dari profesi kita. Dan saya berusaha untuk mencapai level itu, nah setelah kita menjadi salah satu top of the dream-nya kita tentu berpikir, oh apa lagi ya step apa next stepnya apa nih.
Bagaimana kalau kita mencetak beda saraf yang baik, yang bagus yang kompeten lebih. Nanyak satu Rida itu bagus tapi kalau punya 10 atau 100 iya kan tentu lebih baik, akhirnya memperkuat beda dunia pendidikan.
Mulailah pegang waktu itu perhimpunan spesialis, mencoba menata penempatan dokter beda saraf khususnya di Sumut karena pada saat itu tak ada.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Prof-Ridha-Dharmajaya-saat-wawancara-khusus-di-studio-tribun-medan_.jpg)