Berita Viral

Luhut Singgung Nama Prabowo hingga Bikin Hendropriyono Tertawa

Luhut Binsar Pandjaitan sukses membuat mantan Kepala BIN AM Hendropriyono tertawa

|
Editor: AbdiTumanggor
KOMPAS TV
Hendropriyono tertawa dibikin Luhut 

Bahkan, kata dia, sampai saat ini ia tetap memanggil Luhut dengan sebutan Gajah.

Hendropriyono pun sempat bertanya kepada Luhut terkait panggilan Gajah tersebut ketika diangkat menjadi menteri.

"Lalu dia jawab, 'Sudahlah panggil aja begitu, kalau panggilan lain berarti kita sudah ada jarak.' Jadilah saya memanggilnya demikian, tak terkecuali di forum resmi ketika dia sedang memainkan peran sebagai Menko Marves: 'Jah, Gajah,"ujar Hendropriyono.

Dalam buku tersebut, Hendropriyono pun mengungkapkan pengalamannya dengan Luhut dari aspek lain, mulai dari kepribadiannya yang tak suka dirundung hingga belajar berbisnis.

Hendropriyono jelaskan maksud Luhut 

Sebelumnya, Hendropriyono pernah menanggapi pernyataan Luhut Binsar Pandjaitan soal 'orang toxic'.

Ia pun menjelaskan maksud dari pernyataan Luhut tersebut.

Hendropriyono menilai 'orang toxic' merupakan orang-orang yang antikemapanan.

"Menurut saya, karena saya belum tanya ke Luhut Panjaitan ya, tapi saya ngerti maksudnya, karena saya kenal sekali beliau. Jadi toxic ini adalah orang-orang yang menurut saya, orang-orang yang antikemapanan. Nggak suka barang yang mapan," kata Hendropriyono, Jumat (17/5/2024).

Hendropriyono menilai orang toxic bisa membunuh dari dalam. Dia menyebut orang toxic tak perlu diumbar-umbar.

"Oh ya benar toxic itu kan racun ya, racun ini masuk dalam badan, jadi kalau ikut dalam pemerintahan Prabowo Gibran, itu akan jadi racun di dalam yang membunuh dari dalam. Itu toxic,"jelasnya.

"Orang yang kayak gitu yang toxic itu jangan diangkat-angkat dong. Jangan diposting, jangan diumbar-umbar," tambahnya.

Dia juga mencontohkan orang toxic dalam artian lain. Yaitu orang-orang yang tidak menerapkan ajaran moral dari orang tuanya.

"Karena moral itu ajaran, kalau kita ngomongnya selalu, kasar, ngomongnya maki-maki, menyakiti orang lain, itu berarti ajaran dari orang tuanya keluarga dan lingkungan awalnya itu sangat rendah, jelek, atau dia sendiri tidak makan ajaran dari orang tua, dari keluarganya sendiri,"pungkasnya.

Terlebih lagi di era sekarang, banyak sekali anak muda yang punya kebiasaan memaki-maki. Seperti memaki-maki pejabat yang sebetulnya sedang bekerja.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved