Berita Viral

Fakta Sebenarnya Puluhan Pelajar SMP di Pangandaran Tak Bisa Membaca, Videonya Terlanjur Viral

Berikut fakta sebenarnya puluhan pelajar SMP di Pangandaran tak bisa membaca dan tak tahu alfabet hingga harus diajari membaca oleh gurunya

KOLASE/TRIBUN MEDAN
Fakta Sebenarnya Puluhan Pelajar SMP di Pangandaran Tak Bisa Membaca, Videonya Terlanjur Viral 

Mengutip pemberitaan Tribunjabar.id dan Kompas.com (6/8/2023) lalu, pelajar dalam video viral itu adalah pelajar SMP Negeri 1 Mangunjaya, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.

Diketahui, ada 29 pelajar yang belum bisa membaca itu ada 29 orang.

Baca juga: TERUNGKAP Nama 35 Wanita Cantik yang Sering Dapat Uang Cuma-cuma dari Gubernur Abdul Ghani Kasuba

Baca juga: AYAH Balita Korban Penganiayaan Beber Watak Meita Irianty, Dikenal Angkuh, tak Peduli Pada Anak

Kabar tersebut disampaikan oleh Guru SMPN 1 Mangunjaya sekaligus Koordinator Gerakan Literasi Sekolah (GLS), Dian Eka Purnamasari.

Dian merinci, dari 29 siswa tersebut, 11 orang diantaranya adalah murid kelas 7, 16 siswa kelas 8, dan 2 orang siswa kelas 9.

Sementara itu, Ketua Kegiatan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Kabupaten Pangandaran, Maman mengatakan, ada sejumlah pertimbangan 29 pelajar itu diluluskan dari SD yaitu alasan usia, fisik, dan karakter atau perilaku murid.

Tak hanya itu, nilai rata-rata rapor dan tingkat kehadiran murid di sekolah juga faktor lain yang menentukan kelulusannya.

"Lulusnya juga lulus khusus. Meskipun sekolah di SD enam tahun lagi pasti tetap seperti itu (tidak bisa membaca)," kata Maman, dikutip dari TribunJabar.id, Sabtu (5/8/2023).

"Meski belum bisa membaca, tidak etis kalau tidak diluluskan," ujar Maman.

Baca juga: Pengakuan Suami Siri Pembunuh Irma Novitasari dan Kubur Jasad di Perkebunan, Dengar Rumor Selingkuh

Alasan tak bisa baca

Lebih lanjut, alasan lain mengapa 29 pelajar itu belum bisa membaca, Maman mengatakan tidak adanya guru yang memiliki kompetensi mengajar anak berkebutuhan khusus (ABK) di tingkat SD dan SMP.

Maman menerangkan, ABK tidak hanya tampak dari fisi, tetapi juga respons murid saat proses belajar mengajar.

Ia mencontohkan, nak yang berkebutuhan khusus di bidang linguistik bisa langsung pusing saat melihat huruf atau bacaan.

"Anak berkebutuhan khusus ada yang tidak harus diarahkan ke SLB, karena ada anak yang berkebutuhan khusus di bidang linguistik," pungkasnya.

(*/Tribun-medan.com)

 

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram Twitter dan WA Channel

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved