Berita Medan

Di Tengah Keterbatasan, Ramon Sopiar Tetap Semangat Antarkan Paket JNE ke Pelanggan

Ramon bercerita, sudah lebih dari 12 tahun menjadi kurir dan mengantar paket kepada pelanggan di 11 kecamatan yang ada di Serdang Bedagai.

|
Penulis: Ayu Prasandi | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/AYU PRASANDI
Ramon Sopiar saat akan mengantarkan paket ke pelanggan di wilayah Serdang Bedagai (Sergai) beberapa waktu lalu. 

Apalagi dengan kondisi fisiknya yang kadang disepelekan pelanggan.

Namun, banyak juga yang kagum dengan sosoknya, karena tetap semangat mengantarkan paket meski dengan keterbatasan.

"Keterbatasan yang saya miliki ini bukan jadi masalah dan alasan tak semangat, malah membuat saya semakin termotivasi untuk semangat melayani pelanggan, memastikan paket sampai ke pelanggan dengan baik," Ramon bertutur dengan semangat.

Tatapan sinis, pertanyaan hingga sanjungan juga sering didapatkan Ramon ketika mengantar paket ke pelanggan.

"Ada pelanggan yang begitu melihat kondisi saya langsung memasang muka masam, ada juga yang antusias bertanya keadaan saya," terang Ramon.

Tak hanya masalah fisiknya, Ramon juga kerap mendapati pelanggan yang menolak saat menerima paket yang diantarnya.

"Beberapa kali saya mendapati pelanggan yang pesan tapi kadang tak mau menerima dengan berbagai alasan, salah satunya karena paket yang lama datang.

Kalau di JNE kan jelas, waktu pengiriman semuanya bisa dilacak. Kalau ada yang komplain ya langsung saja saya perlihatkan perjalanan barang mulai dari dipesan hingga sampai dari website," tuturnya.

Ramon membantu penyadang disabilitas lainnya untuk pemakaian kaki palsu
Ramon membantu penyadang disabilitas lainnya untuk pemakaian kaki palsu (HO)

Relawan Kaki Palsu

Keterbatasan juga tidak mematahkan semangat Ramon untuk beraktivitas dan berkreasi. Bahkan, Ramon juga berjuang untuk masyarakat, terutama yang membutuhkan kaki palsu dengan cara menjadi relawan Program 1.000 Kaki Palsu.

Program 1.000 Kaki Palsu merupakan program yang dibuat Kick Andy Foundation (KAF), dan dijalankan dengan membagikan kaki palsu gratis kepada penyandang disabilitas yang membutuhkan.

"Saya juga menggunakan kaki palsu sejak kaki saya diamputasi tahun 2008 lalu," tuturnya.

Diungkapkan Ramon, alasan menjadi relawan Program 1.000 Kaki Palsu karena sulitnya mendapatkan kaki palsu, sebab harganya yang mahal.

"Kita sama-sama tahu, harga kaki palsu mahal. Saya sendiri juga awalnya kewalahan untuk mendapatkan kaki palsu karena harganya yang mahal itu," ungkapnya.

Ramon lalu diberi pelatihan untuk mengukur kaki palsu dengan benar, sehingga pemesanan kaki palsu tidak perlu datang langsung ke tempat pembuatannya di Mojosari, Mojokerto. Pelatihan itu terbukti membuat Ramon mendapat kaki palsu dengan ukuran tepat.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved