Breaking News

Berita Viral

KEPUTUSAN Iran Serang Israel Bisa Jadi Kesalahan, Pejabat Iran Saran Damai: Rezim Terancam Runtuh

Keputusan menyerang Israel dianggap bisa menjadi malapetaka bagi Iran. Iran telah menyerang Israel dengan meluncurkan ratusan rudal mulai Sabtu (13/4/

HO
Warga Iran merayakan serangan ke Israel 

TRIBUN-MEDAN.com - Keputusan menyerang Israel dianggap bisa menjadi malapetaka bagi Iran. Iran telah menyerang Israel dengan meluncurkan ratusan rudal mulai Sabtu (13/4/2024) malam. 

Namun hingga Minggu (14/4/2024) tidak ada korban jiwa dan korban luka-luka dalam serangan itu. 

Israel mengklaim telah melumpuhkan serangan Iran, Houthi, dan Hizbullah. 

Kebijakan menyerang Israel dianggap adalah langkah yang sangat salah. 

Demikian disampaikan oleh pejabat intelijen Iran Ali Rabiei dalam sebuah artikel yang diterbitkan di harian Etemad pada hari Jumat dan diterbitkan kembali di situs Iran International.

Ali mengatakan Iran masih memiliki masalah besar di dalam negara.  Dengan konflik terbuka dengan Israel, maka akan memperburuk Iran

Rabiei menekankan perlunya tata kelola yang bijaksana dan manajemen krisis yang efektif untuk mengantisipasi runtuhnya sistem tata pemerintahan Iran.

“Pertama-tama kita harus memitigasi dampak krisis yang ada untuk mencegah runtuhnya sistem,” tegas Rabiei.

Iran luncurkan rudal ke Israel
Iran luncurkan rudal ke Israel (HO)

Dia menunjuk pada krisis ekonomi termasuk inflasi yang mencapai sekitar 50 persen, menurunnya kohesi sosial, dan ketidakstabilan psikologis yang ada dalam masyarakat seiring beberapa krisis mendesak yang dihadapi negara dan kepemimpinan politiknya.

Mengingat keadaan ini, Rabiei menganjurkan penerapan "kebijakan perdamaian" untuk mengurangi ketegangan dan memupuk persatuan dan empati dalam masyarakat.

Berbagai protes anti-rezim di seluruh negeri telah mengguncang penguasa agama-militer Republik Islam sejak tahun 2018.

Pasukan keamanan telah membunuh ribuan pengunjuk rasa dan memenjarakan puluhan ribu lainnya untuk meredam kerusuhan terbesar pada bulan November 2019 dan pada tahun 2022-2023.

Dalam pemilihan parlemen pada tanggal 1 Maret, mayoritas pemilih tetap tinggal di rumah, sehingga semakin merusak legitimasi aparat pemerintah.

Meskipun Rabiei tidak secara eksplisit menyebutkan kebijakan wajib jilbab pemerintah dalam artikelnya, pernyataannya dapat diartikan sebagai kritik tersirat terhadap kampanye kontroversial penegakan jilbab yang diprakarsai oleh lembaga penegak hukum, yang mulai berlaku pada hari Sabtu.

Baca juga: NASIB 15 Warga Jatuh Saat Jembatan Gantung di Lebak Putus, Sempat Selfie Sambil Tertawa

Baca juga: USAI Bentrok TNI AL dengan Brimob di Pelabuhan Sorong, 3 Pos Polisi Dirusak, Anggota TNI Luka Parah

Sebelumnya, media Iran melaporkan penangkapan istri dan anak perempuan Ahmadreza Abedzadeh, seorang tokoh terkemuka dalam sejarah sepak bola Iran, di Teheran karena menolak mematuhi peraturan jilbab.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved