Cerita Dava Jalani Puasa di Taiwan, Rindu Suara Adzan dan Berburu Takjil

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Bulan puasa di Taiwan terasa berbeda bagi Muhammad Dava Warsyahdhana.

Selain karena jauh dari keluarga, juga nuansa Ramadan di Indonesia tak ditemuinya di sana.

Nuansa Ramadan yang identik dengan berburu takjil, juga menanti suara adzan adalah kerinduan baginya ketika harus melewati bulan Ramadan di negeri orang.

"Hal yang dirindukan selama Ramadan itu momentumnya sangat berbeda, vibesnya di Indonesia kan terasa sekali ya, kalau di Taiwan karena kita minoritas, jadi kurang terasa," ujar Dava.

Pria bernama lengkap Muhammad Dava Warsyahdhana ini tengah menempuh studi S2-nya di National Pingtung University of Science and Technology (NPUST), Taiwan.

Ramadan ini merupakan tahun kedua Dava di Taiwan, sehingga tidak menjadi keterkejutan lagi baginya.

Meskipun tentu merasakan kerinduan terhadap nuansa Ramadan di Indonesia, Dava sudah dapat mengatasinya.

Dava tetap merasakannya Ramadan lewat teman-teman seiman dari berbagai negara.

"Kita tetap melaksanakan buka puasa bersama dengan teman-teman, dari Indonesia, Pakistan, India jadi momentum puasa masih terasa. Bahkan kita juga sahur bersama," ungkapnya.

Dengan bersama, Dava dan teman-teman di komunitas tetap bisa merasakan nuansa bulan Ramadan yang juga identik dengan kebersamaan.

Hal lainnya yang harus dihadapi Dava selama di Taiwan adalah menyiapkan segala sesuatunya sendiri.

Berbeda dengan di Indonesia, jika bulan puasa tiba maka segala macam makanan berbuka bahkan hingga sahur pun tersedia.

"Jadi kalau disini semua harus disiapkan sendiri ya, karena bulan puasa ya sama aja seperti bulan lainnya. Misal pengen rendang ya buat sendiri, mau takjil apa segala macam buat sendiri nggak ada dijual," jelasnya.

Memasuki bulan Ramadan seperti ini, Dava jadi teringat dengan makanan khas dirumah yang selalu ada saat berbuka puasa.

Masakan khas dirumah Dava yakni kuah kari dengan roti jala, juga lontong yang tidak bisa ditemuinya di Taiwan.