Kisah Wanita Penyembah Setan Warga Kota Medan Peminum Darah Bayi Manusia Kini Masuk Islam

"Lingkaran mereka itu kuat, seperti keluarga enggak ada kemunafikan. Bisa jadi siapapun yang diinginkan, enggak bisa lihat kalau ada yang sedih," bebernya.

AL pun masih mengingat ritual-ritual yang dilakukan oleh penganut Satanic, dari meminum darah manusia dan memuja Lucifer.

Biasa, ritual-ritual ini dilakukan sebelum menggelar ataupun menonton konser musik metal.

Dia juga masih ingat dari mana mereka mendapatkan darah - darah tersebut.

Baca juga: Sosok Jonatan Tarigan, Anak Samsul Tarigan Terduga Pengelola Barak Narkoba Lolos ke DPRD Sumut

"Kita beli darah anak bayi yang tidak ada orangtuanya dari klinik-klinik, kita dulu ada jaringannya. Misalnya ada yang mau lahiran, tapi orangtuanya enggak mau ngurus, itu kita beli," ucapnya.

"Darahnya itu yang kita minum, kau misalnya enggak ada darah manusia pakai darah ayam. Jadi setelah ritual itu biasa kalau kita mau konser," tambahnya.

Selain itu, ada juga beberapa ritual mengikuti kegiatan gereja Satanic yang berada di luar negeri.

Nah, biasanya ritual-ritual gereja Satanic ini yang membolehkan pengikutnya untuk melakukan pesta seks hingga bertukar pasangan.

Hal tersebut sudah biasa terjadi di kalangan penganut Satanic.

"Biasanya kau kegiatan yang seperti itu setahun dua kali," katanya.

Dulu, aliran Satanic ini menggelar ritual di TPU Jalan Gajah Mada dan dilakukan pada malam hari.

"Kami tidur sama, cuma saya enggak ngelakuin seks, saya cuma menyaksikan. Kadang kita juga ngumpulnya di Jalan Sei Sikundur, Medan Plaza itu juga tempat ngumpul kami," ungkapnya.

Sampai suatu ketika, orangtuanya yang curiga dengan gelagatnya yang semakin hari semakin aneh memutuskan untuk memindahkan ke Bandung.

Di sana, AL tinggal bersama dengan saudaranya dan melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Berharap hidupnya akan lebih baik, ternyata pergaulan di kota Bandung waktu itu lebih parah.