Berita Viral
Alasan Sumedi Caleg PKS Putuskan Air Usai Pemilu, Mengaku Setahun Rugi 24 Juta: Minta 100 Suara
Selama 4 tahun lamanya, Sumedi dikabarkan sudah membuka penyaluran air itu hingga rela mengeluarkan dana pribadi sebesar Rp 24 juta setiap tahun.
TRIBUN-MEDAN.com - Kronologi pak Sumedi calon anggota legislatif (caleg) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPRD Kota Cilegon putuskan aliran air untuk warga.
Pak Sumedi tengah viral dimedia sosial lantaran memutus aliran air ke rumah warga dari sumur bor miliknya.
Bahkan tagar nama 'Pak Sumedi' baru-baru ini ramai diperbincangkan di sosial Twitter (X).
Hal itu dilakukannya lantaran merasa kecewa dengan warga setempat.
Pasalnya, Pak Sumedi meminta warga untuk memberikan dukungan kepadanya pada Pemilu 2024.
Selama 4 tahun lamanya, Sumedi dikabarkan sudah membuka penyaluran air itu hingga rela mengeluarkan dana pribadi sebesar Rp 24 juta setiap tahun.
Namun, penyetopan air bersih itu dilakukan oleh Sumedi empat hari setelah pelaksanaan Pemilu 2024.
Belakangan diketahui, hal ini lantaran banyak warga yang tidak memilih Sumedi sehingga menyebabkan dirinya gagal terpilih.
Pak Sumedi tak mendapat banyak suara di Cisuru RT 03/06 Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon.
Padahal bantuan air bersih dari sumur bor miliknya sudah disalurkan sejak empat tahun silam.
Kini dampaknya warga pun kesulitan mencari air bersih. Mereka terpaksa mengambil air di sumur resapan yang jaraknya sejauh hampir 1 km.
Salah satu warga setempat, Buki mengungkapkan penyetopan air bersih itu dilakukan oleh Sumedi empat hari setelah pelaksanaan Pemilu 2024.
"Diputusnya setelah pemilu, sekitar tanggal 18 Februari 2024 kemarin,” kata Buki, dikutip dari Kompas.com, Selasa (12/3/2024).
Buki mengatakan, Sumedi yang merupakan pemilik sumur air bersih sebelumnya meminta warga untuk memberikan dukungan kepadanya pada Pemilu 2024.
Namun ternyata, kata Buki, banyak warga yang tidak memilih Sumedi sehingga menyebabkan dirinya gagal terpilih.
"Beliau minta supaya dapat 100 suara dari kampung ini," kata Buki.
Buki mengaku, pada saat penyaluran air bersih yang sudah berlangsung setidaknya selama empat tahun itu tidak ada perjanjian antara Sumedi dan warga dalam dukungan politik.
Selama air bersih mengalir di setiap rumah warga setempat, mereka membayarnya setiap bulan dengan disesuaikan banyaknya volume air yang diambil.
"Sudah empat tahun ngalir, mungkin butuh bayar listriknya atau apa, kita diminta biaya Rp 10.000 per kubik," ungkap Buki.
Sementara warga lain, Satriah mengakui adanya kesepakatan warga dengan Sumedi dalam Pemilu 2024.
Namun dikarenakan banyak warga yang awam, sehingga banyak warga tidak memilih Sumedi pada pemilu.
"Pengennya orang sini milih ke situ (Sumedi) tapi orang sini enggak milih ke situ, akhirnya kecewa,” ujar Satriah.
Warga Pasrah
Kini warga hanya bisa pasrah terhadap penyetopan air bersih yang dilakukan Sumedi. Sebab, sumur bor itu milik pribadi Sumedi, bukan pemerintah.
Kini, warga kampung itu mengalami kesulitan air bersih dan berharap adanya campur tangan pemerintah untuk mengatasi hal itu.
"Itu kan punyanya ya, kalo diminta diputus yah diputus," tutur Satriah.
Alasan Pak Sumedi
Dilansir dari Kompas.com, Sumedi Madasik mengakui dirinya telah menyetop akses air bersih dari sumurnya ke rumah warga Cisuru.
Namun, Sumedi membantah bahwa penyetopan itu ia lakukan secara sepihak setelah gagal lolos caleg PRD Cilegon dalam Pemilu 2024.
Menurutnya, penyetopan itu dilakukan sementara atas kesepakatan bersama untuk mencari solusi agar bisa menutup beban biaya listrik yang selama ini sudah ditanggungnya.
Sumedi sudah tidak mampu lagi membayar biaya.
Kendati begitu, ia menawarkan biaya pengambilan air dari salurannya dinaikkan dari sebelumnya Rp 10.000 per kubik.
Dia menyebut, warga memang membayar Rp 10.000 per kubik.
Namun, Sumedi hanya menerima Rp 5.000.
Sementara, sisa uang itu dikelola warga setempat untuk perawatan mesin dan beban listrik.
"Itu sudah berjalan empat tahun lebih. Selisihnya antara Rp 2 juta-Rp 2,5 juta setiap bulan,”
"Saya harus mensubsidi pembayaran listrik untuk pengaliran air bersih ke masyarakat," ujarnya dikutip pada Jumat (15/3/2024).
Kendati begitu, Sumedi berharap, biaya iuran air bisa dinaikkan dengan alasan untuk menutupi biaya kebutuhan listrik pompa air tersebut.
Disisi lain, warga yang sudah menikmati air bersih dari penggunungan itu selama empat tahun kini menelan kekecewaan.
Kini, warga pun kesulitan mencari air bersih. Mereka terpaksa mengambil air di sumur resapan yang jaraknya sejauh hampir 1 km.
Sumedi Berharap Dipilih
Dari jumlah 140 warga yang masuk DPT, ia mengaku hanya meminta 100 suara untuk dirinya terpilih sebagai caleg PKS untuk DPRD Cilegon.
"Saya cuma berharap itu cuma 100 suara. Wajarlah kurang lebih sekitar 70 persen, tapi yang saya dapat cuma 45 persen," ucapnya.
Ia menyebut, warga setempat telah bersepakat untuk memberikan hak pilih mereka kepada dirinya saat Pemilu 2024.
Namun pada pelaksanaannya, sejumlah warga diduga menerima uang untuk memilih caleg lainnya.
"Itu akibat serangan fajar," pungkasnya.
Diketahui, total suara yang diperoleh Sumedi Madasik yakni 686 suara.
Di partai PKS, Sumedi menjadi caleg ketiga dengan peroleh suara terbanyak.
Dia kalah dari caleg PKS Jazuli yang meraup 1.473 suara serta Aam Amarulloh dengan 1.401 suara.
(*/ Tribun-medan.com)
| Alasan Vita Amalia ASN Injak Al Quran Mengaku Jadi Korban, Dipecat Tak Dapat Pensiun Gugat ke PTUN |
|
|---|
| SOSOK Irene Sokoy, Ibu Hamil di Papua Meninggal Bersama Bayi di Kandungan Akibat Ditolak 4 RS |
|
|---|
| Awal Mula Ditemukannya Alvaro Kiano, Kerangka Manusia Diduga Sang Bocah, Polisi Lakukan Tes DNA |
|
|---|
| Alvaro Kiano Ditemukan Meninggal, Bocah Sempat Dinyatakan 8 Bulan Hilang, Pelaku Sudah Diamankan |
|
|---|
| Viral Pria Siantar Ngamuk tak Dapat BLT 900 Ribu, Orang Bermobil Dapat, Dinsos Turun Setelah Viral |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/sumedi-caleg-pks-tribunmedan.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.