Sumut Terkini

Keluarga Bayi yang Meninggal Dilaporkan ke Polisi, DPRD: Ini Bisa Jadi Bumerang ke RSUD Tanjungbalai

Nestapa dialami oleh keluarga almarhumah Nisa, bayi lima bulan yang meninggal dunia di dalam ruang anak RSUD dr Tengku Mansyur.

TRIBUN MEDAN/HO
Tangkapan layar video viral di media sosial terkait anak usia lima bulan meninggal dunia di RSUD Kota Tanjungbalai, Sabtu (17/2/2024). (Dok. Facebook Rose Marpaung) 

TRIBUN-MEDAN.com, TANJUNGBALAI - Nestapa dialami oleh keluarga almarhumah Nisa, bayi lima bulan yang meninggal dunia di dalam ruang anak Rumah Sakit Umum (RSUD) dr Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai.

Keluarga almarhum bayi tersebut kini harus melalui proses hukum.

Keluarga korban dilaporkan pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Tengku Mansyur ke Mapolres Tanjungbalai dalam tuduhan pengerusakan peralatan medis milik RSUD Tanjungbalai.

Dalam laporan yang diterima Tribun-medan.com, isi laporan tersebut menuliskan bahwa pihak rumah sakit keberatan dengan perilaku keluarga yang melakukan pengerusakan regulator oksigen di ruang anak saat keributan terjadi.

Namun, dalam kesaksian orang tua korban, Karmila Marpaung yang sempat dijumpai tribun-medan.com mengaku regulator yang disebut memang dalam kondisi sudah rusak.

Bahkan kerap tidak berfungsi saat anaknya masih di rawat di ruang anak.

Menurutnya, regulator yang diberikan kepada anaknya kerap mati yang mengakibatkan anaknya sesak nafas hingga menghembuskan nafas terakhir di RSUD Tanjungbalai.

Tak sampai disitu, pengakuan Karmil  saat keluarga meminta bantuan para suster yang ada di rumah sakit, para suster memberikan respon yang tidak baik dan sempat memarahi keluarga pasien.

"Kami meminta tolong, mereka (suster) marah-marah dan bilang kalau oksigen itu automatis. Tapi kami lihat anak kami sudah seperti kekurangan oksigen, tapi oksigennya ga hidup. Sampai masuk satu suster dibuka mereka tabung oksigen itu baru hidup. Kami orang bodoh, tapi kami setidaknya mengerti kalau oksigen itu tidak hidup," ucap Karmila, Senin (19/2/2024).

Menanggapi hal tersebut, DPRD Kota Tanjungbalai, Chairunnisa Batubara menyoroti dan meminta agar RSUD Tanjungbalai mencabut laporan terhadap keluarga korban.

Pasalnya, tindakan yang dilakukan oleh RSUD Tanjungbalai tersebut dinilai arogan dan semakin menimbulkan ketidakpercayaan publik terhadap instansi kesehatan di Kota Tanjungbalai.

Menurutnya, kejadian ini harusnya menjadi introspeksi bagi RSUD untuk meningkatkan pelayanan kesehatan.

"Pelaporan tersebut sebenarnya menjadi boomerang bagi RSUD Tanjungbalai. Pelaporan ini malah akan menambah citra buruk bagi rumah sakit. Harusnya kejadian seperti ini menjadi introspeksi bagi RSUD Tanjungbalai untuk meningkatkan kualitas pelayanan, bukan menunjukan tindakan kearoganan mereka," kata Nisa, Selasa (5/3/2024).

Chairunnisa menuturkan kendati pemerintah Kota Tanjungbalai sudah membentuk tim 7 untuk mengusut permasalahan ini, namun masih belum jelas hasil dari pemeriksaan yang dilakukan.

"Tim 7 ini sebenarnya sudah dapat memaparkan apa saja hasil temuan mereka. Karena, semakin lama berlarut semakin tidak ada kepercayaan publik terhadap Pemko Tanjungbalai. Atau jangan-jangan tim ini dibentuk hanya sebagai alat untuk menenangkan korban dan masyarakat," katanya.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved