Berita Medan
Komunitas Medan Teater Sampaikan Kondisi Gelandangan Lewat Pertunjukkan Drama Satire
Di tengah meredupnya eksistensi teater di Kota Medan, komunitas ini selalu konsisten menggarap berbagai pertunjukan.
Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Menyampaikan realita kehidupan lewat sebuah drama, hal tersebut dilakukan anak muda Medan yang tergabung dalam komunitas Medan Teater.
Di tengah meredupnya eksistensi teater di Kota Medan, komunitas ini selalu konsisten menggarap berbagai pertunjukan.
Pada kesempatan kali ini, mereka menyampaikan sebuah realita kehidupan, dari masyarakat miskin, khususnya para gelandangan dengan gaya realis.
Bertajuk "Drama Gemdal", pertunjukan drama ini merupakan sebuah akronim satire dari "gembel dari lahir".
Mengangkat sudut pandang kehidupan para gembel, Medan Teater menyajikan kecemburuan-kecemburuan sosial.
Dialog antar tokohnya terendus jelas kesenjangan yang terjadi di tengah kehidupan masyarakat, di mana para gembel (tunawisma) selalu berkeinginan menjadi orang kaya yang bisa memiliki segalanya.
"Harapan kami sebenarnya adalah bagaimana membuat suatu garapan dalam bentuk yang berbeda. Kami tidak menyampaikan drama ini dengan plot/alur yang jelas, tapi kami mau menyampaikan kondisi kepada masyarakat yang menonton. Jadi yang ditangkap penonton adalah kondisinya, bukan alur ceritanya," kata Munawar, Sutradara Drama Gemdal.
Kondisi-kondisi yang disajikan melalui drama realis ini merepresentasikan kehidupan para gembel yang sangat lekat dengan kemiskinan.
"Kami mengkonsep sebuah kondisi. Ini yang menjadi poin dari garapan kami, khususnya bagaimana sekumpulan orang telah menjadi gembel dari lahir dan terus termarginalkan," tambahnya.
Di samping betapa sulitnya mereka bertahan hidup di tengah Kota, ada nilai-nilai kebersamaan yang disoroti dalam pertunjukan ini.
Para gembel yang menyadari bahwa mereka berada pada nasib yang sama, memicu hubungan yang dijalin menjadi semakin solid.
Termasuk pada saat menghindari razia dari pihak keamanan.
Sebelum mereka mementaskan sebuah maha karya berupa pertunjukan, Munawar mengaku pihaknya telah melakukan riset terlebih dahulu.
Agar benar-benar merepresentasikan kehidupan para gelandangan, mereka telah melihat lebih jauh kondisi apa yang sebenarnya telah terjadi.
"Kami telah melakukan riset bagaimana kehidupan gelandangan yang sebenarnya. Kami mencari berita, informasi dari medsos, YouTube, dan lain-lain. Kemudian dialog atau fakta-fakta yang kami anggap punya daya tarik kami catat dan seleksi, untuk kemudian kami jadikan struktur dramatik lengkap dengan kebutuhan artistik," ungkapnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Pertunjukan-drama-satire-dari-komunitas-teater-Medan-bertajuk-Drama-Gemdal.jpg)