Idul Fitri 2024
Sejarah dan Makna Hari Raya Idul Fitri
Perayaan Idul Fitri pertama kali terjadi pada tahun kedua Hijriah, yang bertepatan dengan kemenangan umat Islam dalam Perang Badar.
Penulis: Rizky Aisyah | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN-MEDAN.com – Idul Fitri merupakan hari raya besar yang merayakan momen kemenangan bagi seluruh umat Muslim.
Momen kemenangan Idul Fitri ini datang setelah umat Muslim menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadan, berjuang mengendalikan hawa nafsu dan berbagai keburukan, serta menjadi momen untuk saling memaafkan satu sama lain.
Sejarah Hari Raya Idul Fitri
Sejarah Idul Fitri terkait erat dengan dua peristiwa dalam sejarah Islam: Perang Badar dan Festival Jahiliyah.
Perayaan Idul Fitri pertama kali terjadi pada tahun kedua Hijriah, yang bertepatan dengan kemenangan umat Islam dalam Perang Badar.
Setelah perang tersebut, secara tidak langsung umat Islam merayakan kemenangan mereka dengan penuh rasa syukur dan sukacita - tidak hanya atas kemenangan dalam perang, tetapi juga atas keberhasilan menyelesaikan puasa selama sebulan penuh pada saat itu. Hal ini kemudian mulai menjadi tradisi dan ibadah umat Islam hingga saat ini.
Sebelum itu, tepatnya sebelum Islam datang, bangsa Arab Jahiliyah menikmati dua hari raya. Hadits menyebutkan bahwa Idul Fitri yang sekarang dirayakan setiap tahun tidak terlepas dari sejarah tradisi masyarakat Jahiliyah yang memiliki kebiasaan khusus untuk bermain-main selama dua hari.
Kemudian, setelah Rasulullah diperintahkan untuk menyebarkan Islam dan jalan kebenaran yang datangnya dari Allah, tradisi tersebut berubah, dalam hal ini Rasulullah mengganti hari raya masyarakat Jahiliyah dengan yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.
“Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda, kaum jahiliyah dalam setiap tahunnya memiliki dua hari yang digunakan untuk bermain, ketika Nabi Muhammad datang ke Madinah, Rasulullah bersabda: kalian memiliki dua hari yang biasa digunakan bermain, sesungguhnya Allah telah mengganti dua hari itu dengan hari yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR Abu Dawud dan an-Nasa’i)
Sebelumnya, dua hari ini diisi dengan pesta pora, dengan tradisi menari dalam keadaan mabuk, yang konon merupakan pengaruh budaya dari Persia kuno. Kemudian, setelah kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan diwahyukan, Nabi Muhammad saw. mengganti hari raya tersebut menjadi Idul Fitri dan Idul Adha, yang dirayakan setiap tahun sampai sekarang.
Makna Idul Fitri
Seorang ulama menjelaskan bahwa Allah menciptakan tiga hari raya di dunia untuk orang-orang yang beriman: Hari Raya Jumat, Idul Fitri, dan Idul Adha.
Hari raya Idul Fitri, khususnya, yang identik dengan mengenakan pakaian baru, memiliki makna yang lebih dari itu. Mengenakan pakaian baru adalah sunnah, tetapi yang lebih penting adalah anjuran untuk memperkuat ketaatan setelah hari raya.
Artinya, umat Muslim yang berpuasa dan melakukan perbuatan baik lainnya selama Ramadan harus terus meningkatkan diri dan keimanan mereka melalui perilaku yang lebih baik setelah Ramadan.
Ini bukanlah tugas yang mudah, tetapi jika seseorang mampu tampil lebih baik setelah Ramadan, itu pertanda bahwa ibadah mereka selama Ramadan diterima oleh Allah. Tentu saja, hal ini dapat dijadikan motivasi diri bagi seluruh umat Muslim untuk mencapai kebaikan tersebut.
(cr30/tribun-medan.com)
| Kisah Dwi Rizky Jalani Lebaran di Jepang, Rindu Momen Berburu THR bersama Keluarga |
|
|---|
| 15 April Jadi Puncak Arus Balik di Tol Belmera, Ini Kata Jasa Marga |
|
|---|
| Tampilan Baru Penangkaran Buaya Asam Kumbang, Jadi Pilihan Libur Lebaran Warga Medan |
|
|---|
| Hingga Hari H Idul Fitri 1145 H, ASDP Danau Toba Seberangkan 22.793 Ribu Penumpang |
|
|---|
| 849 Warga Binaan Terima Remisi Idul Fitri 1445 Hijriah di Lapas Siantar |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Ucapan-Idul-Fitri-2024.jpg)