Karet Alam Sumut Dibanderol Rp 9 Ribu Per Kilogram, Naik tapi Masih Lesu

Saat ini, lanjut Sungkunen, lahan pertanian komoditas karet alam Sumut hanya tersisa 10 persen dari jumlah lahan pada 20 tahun silam ketika getah karet memiliki nilai jual yang tinggi. 

Sungkunen memprediksi, dua hingga lima tahun ke depan lahan pertanian komoditas karet di Sumut sirna dan tergantikan oleh komoditas sawit

"Ini tinggal menunggu waktu saja, kalau daerah perkebunan di Sumut semuanya sudah bisa dilalui oleh kendaraan roda empat untuk mengangkut hasilnya, maka paling cepat di dua tahun dan paling lama lima tahun ke depan perkebunan karet di Sumut sudah tidak ada lagi. Hari ini masih ada yang mempertahankan kebun karetnya karena tidak bisa menanam sawit," jelasnya. 

Hingga saat ini, Sungkunen dan petani karet lainnya di Sumut tidak pernah bosan untuk terus melakukan audensi kepada para dinas dan stakeholder terkait agar dapat mendapatkan solusi keterpurukan harga karet tersebut sehingga para petani dapat sejahtera seperti 20 tahun yang lalu. 

"Kalau pertemuan dengan dinas terkait sudah sering kita lakukan tapi saat ini masih saja tidak ada perubahan tetapi kami tidak pernah bosan untuk menyuarakan," ucapnya.

Dia berharap, pemerintah juga dapat memberikan perhatian kepada para petani karet dan membuat regulasi yang dapat meningkatkan harga jual getah karet. 

"Itu saja yang selalu kami minta, jadi ada upaya yang dilakukan pemerintah ketika mengetahui harga karet anjlok," tutupnya. 

(cr10/Tribun-Medan.com)