Sumut Terkini

Karet Alam Sumut Dibanderol Rp 9 Ribu Per Kilogram, Naik tapi Masih Lesu

Saat ini harga jual getah karet alam di Sumut berkisar Rp 9.500 ribu hingga Rp 10 ribu per kilogram.

Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/HO
Petani karet saat memanen getah karet di perkebunan, Kinerja ekspor komoditas karet alam di Sumatera Utara (Sumut) mulai menunjukkan tren peningkatan pada pengapalan September 2023. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Harga jual komoditas karet alam di tingkat petani Sumatera Utara (Sumut) terpantau masih lesu, Kamis (25/1/2024).

Saat ini harga jual getah karet alam di Sumut berkisar Rp 9.500 ribu hingga Rp 10 ribu per kilogram.

Harga tersebut mengalami peningkatan dari harga sebelumnya yaitu Rp 8.500 hingga Rp 9 ribu.

Meski mengalami peningkatan, namun harga getah karet tersebut masih jauh dari harga ideal petani yaitu sebesar Rp 15 ribu per kilogram. 

"Harga karet saat ini terlampau lebih rendah dari harga semestinya. Kalau stabilnya harga karet itu sesuai dengan harga beras, berarti seharusnya Rp 15 ribu per kilogram," ujar Ketua kelompok tani karet Mbuah Page, di Kuta Jurung, Kabupaten Deli Serdang, Sungkunen kepada Tribun Medan, Kamis (25/1/2024). 

Dikatakan Sungkunen, sebagai seorang petani karet dirinya tidak mengetahui pasti apa yang menjadi penyebab penurunan harga getah karet yang telah berlangsung sejak 20 tahun terakhir. 

"Kita tidak tahu apa penyebabnya, kita juga sudah tanya ke dinas terkait dan yang mereka sampaikan adalah harga tersebut berasal dari pasar dunia, kalau naik di pasaran dunia maka naik lah harganya kalau anjlok ya anjlok, tapi tidak tau apa penyebab turunnya," katanya

Sungkunen menyebutkan, sepanjang tahun 2023 harga rata-rata karet hanya mencapai Rp 8 ribu hingga Rp 9 ribu per kilogram.

Bahkan, dirinya juga sempat mencicipi harga terendah yaitu Rp 7 ribu per kilogram. 

"Pernah juga di tahun Rp 10 ribu per kilogram itu sudah paling mahal dan paling rendah diharga Rp 7 ribu per kilogram," katanya. 

Anjloknya harga getah karet yang terus terjadi hingga saat ini, dikatakan Sungkunen, membuat sejumlah petani di Sumut semakin terpuruk. 

Bahkan sebagian dari mereka memilih menebang pohon karet dan menggantikannya dengan tananam lain seperti sawit yang memiliki harga jual tinggi. 

Ada juga beberapa petani yang enggan memanen hasil perkebunannya karena harga yang diberikan tidak sesuai dengan biaya produksi dan tenaga

"Banyak sekali yang sudah beralih ke tanaman sawit karena memiliki harga yang menjanjikan serta pemerintah juga memiliki perhatian lebih kepada para petani komoditas itu.

Saya aja ada sekitar 4 hektar kebun karet yang tidak dipanen karena tidak ada pekerja yang mau, mereka lebih memilih untuk bekerja di perkebunan sawit atau mendodos dari pada menderes," ungkapnya. 

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved