Tribun Wiki
Bahaya Briket Arang Bagi Kesehatan, Diduga Digunakan Aktor Korsel Lee Sun Kyun untuk Bunuh Diri
Penggunaan briket arang sebagai sarana mengakhiri hidup di Korea Selatan sering terjadi. Lantas, apa dampaknya bagi kesehatan
Biasanya, briket arang ada yang terbuat dari batu bara (coal briquettes) hingga tanah gambut (peat briquettes).
Kegunaan briket arang ini pun beragam.
Namun umumnya dipakai untuk melakukan pemanggangan daging atau barbekyu.
Sayangnya, di Korea Selatan briket arang ini sering kali digunakan untuk melakukan aksi bunuh diri.
Kandungan asap briket arang yang mengandung zat karbon monoksida (CO) dapat menyebabkan kematian, bagi mereka yang menghirupnya.
Maka dari itu, briket arang ini tidak boleh dibakar dalam ruangan tertutup.
Menurut Dr Paul Yip Siu-fai, selaku Direktur Pusat Riset dan Pencegahan Bunuh Diri di Universitas Hong Kong, bunuh diri dengan cara menghirup batubara tidak terasa sakit dan mudah, adalah mitos belaka.
Hal senada diutarakan Profesor Dominic Lee Tak-shing yang juga meneliti bunuh diri di Hong Kong.
"Pengalaman itu menyesakkan dan sangat tidak menyenangkan. Proses (bunuh diri dengan cara menghirup asap batubara), membuat tubuh tidak mendapat oksigen, hampir sama seperti dicekik. Orang yang selamat mengatakan hal itu tidak mereka antisipasi atau pikirkan masak-masak sebelumnya," ujarnya dalam laporan yang dimuat British Journal of Psychiatry.
Penyebab utama mengapa seseorang bisa kehilangan nyawanya dan menderita cedera saat menghirup batubara yang dibakar adalah karena batubara yang dibakar mengeluarkan karbonmonoksida (CO) yang beracun.
Menyebabkan Penyakit Saraf
Riset Il Saing Choi dari Departemen Ilmu Saraf di Universitas Yonsei yang dimuat dalam Journal of Korean Medical Science, melibatkan hampir 3.000 pasien yang mengalami keracunan CO di Korsel pada 1979-1982 mengungkap fakta mengerikan.
Dari hampir 3.000 pasien yang mengalami keracunan CO, 243 orang mengalami penyakit saraf.
Ada pula yang mengalami gagal ginjal, pendarahan usus, serta penumpukan cairan di paru-paru.
Makalah tersebut merujuk kajian literatur yang menyebutkan bahwa konsentrasi maksimum CO yang diperbolehkan terpapar pada tubuh mencapai 0,01 persen (100 ppm) selama delapan jam dan 0,04 persen (400 ppm) selama satu jam.
Apabila jumlah CO yang terhirup lebih dari kadar normal, CO akan mengikat hemoglobin—molekul protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen dari paru-paru ke organ-organ tubuh dan mengembalikan karbondioksida ke paru-paru.
Akibatnya, organ-organ tubuh gagal berfungsi, tubuh kekurangan oksigen, dan keracunan CO.
Keluhan paparan CO ini beragam, dari tingkat rendah hingga tinggi.
Di tingkat 20-40 persen, individu akan merasa pusing dan muntah, sedangkan di tingkat 70 persen koma dan kegagalan fungsi pernapasan bisa terjadi.
Bunuh diri dengan briket arang meningkat
Penelitian ilmuwan dari Universitas Chung-Ang di Seoul yang dimuat Journal of Korean Medical Science pada 2014 menunjukkan jumlah kematian penduduk Korsel akibat bunuh diri menggunakan briket batubara meningkat sejak 2008.
Selama 2000 hingga 2007, kematian akibat bunuh diri dengan cara menghirup briket batubara yang dibakar mencapai 84 kasus.
Pada 2008 jumlahnya meningkat hingga 292 kasus.
Kemudian, pada 2011, menyentuh 1.251 kasus.
Peningkatan angka ini, menurut makalah itu, ditandai dengan peristiwa kematian aktor Korsel, Ahn Jae-hwan, pada 2008.
Pria itu diketahui mencabut nyawanya sendiri dengan menghirup asap pembakaran batubara di dalam mobilnya.
Makalah tersebut mengindikasikan bahwa pemberitaan mengenai kematian Ahn Jae-hwan meningkatkan keingintahuan masyarakat soal bunuh diri menggunakan briket batubara.
Hal lainnya adalah kabar bahwa bunuh diri dengan cara tersebut tidak terasa sakit.(tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter
Berita viral lainnya di Tribun Medan
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Lee-Sun-Kyun-bunuh-diri.jpg)