Travel

Jadi Kuliner Favorit di Kota Medan, Ini Sejarah Bakso Methodist yang Eksis Sejak Tahun 1970an

Bagi para pecinta kuliner di Kota Medan, bakso Methodist tentunya sudah tidak asing lagi. Selain rasanya yang nikmat, harganya juga ramah di kantong

Editor: Array A Argus
TRIBUN MEDAN/Diana Aulia
Bakso Methodist, satu diantara kuliner khas di Kota Medan yang cukup melegenda karena rasa dan kenikmatannya.(TRIBUN MEDAN/DIANA AULIA) 

TRIBUN-MEDAN.COM,MEDAN- Bagi kamu yang tengah berwisata atau berkunjung ke Kota Medan, tak lengkap rasanya jika tidak mencicipi sejumlah kuliner legendaris yang ada di kota ini.

Satu diantara kuliner yang tidak boleh dilewatkan ketika berkunjung ke Kota Medan adalah bakso Methodist.

Kenapa disebut bakso Methodist, karena pedagangnya membuka lapak di depan kampus Metohodist yang ada di Jalan Hang Tuah Nomor 17, Kelurahan Madras Hulu, Kecamtan Medan Polonia, Kota Medan

Bagi masyarakat Kota Medan, bakso Methodist sudah cukup dikenal, karena disajikan dengan potongan daging yang melimpah hingga menutupi mie di dalamnya. 

Tidak hanya itu, di dalam satu mangkuk bakso Methodist terdapat mie dengan tiga pilihan, yaitu mi putih, mi kuning ataupun mi tiaw.

Kemudian di atasnya ditaburi dengan toping daging sapi, tetelan, hingga jeroan yang melimpah, serta bakso halus yang kenyal dan renyah.

Lalu isian tersebut diguyur dengan kuah yang keruh berkaldu dan kaya akan rasa.

Menurut Hafiz, penerus usaha bakso Methodist kepada Tribun Medan, bahwa usaha ini sekarang dijalankan oleh generasi ke dua yang sudah ada sejak tahun 1970 an.

Mulanya, usaha bakso yang diberi nama bakso Siran ini dirintis oleh kedua orangtuanya yang kala itu merantau dari Pulau Jawa ke Kota Medan

"Bakso ini ada mulai dari tahun 70 an, bapak asil orang jawa kemudian merantau ke Medan dan menjual bakso disini, pertama kali bapak jualan bakso itu di daerah Karang Sari Polonia dengan masih menggunakan gerobak dorong," ujarnya kepada Tribun Medan. 

Setelah beberapa tahun berjulaan di daerah Karang Sari, kedua orang tua Hafiz memilih untuk pindah ke wilayah yang mudah dijangkau oleh masyarakat yaitu di depan Hotel Danau Toba, tetapi sayang gerobak orang tua Hafiz harus digusur karena dilarang berjualan di daerah itu. 

Setelah itu, kedua orangtua Hafiz memutuskan untuk pindah dan berjualan di depan kampus Methodist, dan tidak disangka penjualan orangtuanya meningkat dan mulai dikenal oleh banyak orang. 

"Ketika pindah lagi di depan kampus Methodist ternyata banyak yang suka, makanya lah dijuluki bakso Methodist dan disana bertahan selama kurang lebih 20 tahun, dan pindah ke tempat sekarang diteruskan oleh generasi kedua," ucapnya. 

Resep yang diciptakan oleh kedua Orang tua Hafiz sejak dahulu itu tidak pernah dirubah sedikit pun.

Inilah yang menjadi daya pikat para pelanggan untuk kembali mencoba bakso legendaris yang memiliki tempat makan yang tenang, aman dan sejuk ditengah Kota Medan.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved