Meski Jaringan Internet Tidak Stabil, Desa Wisata Huta Tinggi Jadi Satu yang Terbaik di Indonesia

Salah satu daerah di Indonesia yang jaringan internet di beberapa desa masih tidak stabil adalah Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.

TRIBUN MEDAN/HO
ATRAKSI tarian tardisional Batak (manortor) yang dilakukan pengunjung yang berwisata di Desa Wisata Huta Tinggi di Huta Tinggi, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Desa wisata Huta Tingi menjadi satu-satunya desa dari Kabupaten Samosir yang meraih predikat 50 Desa Wisata Terbaik dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021. 

TRIBUN-MEDAN.com, SAMOSIR – Keberadaan internet memberikan manfaat tak sedikit bagi bisnis pariwisata. Manfaat yang paling umum dan dapat dirasakan dengan mudah adalah membagikan informasi terkait wisata yang ada. Bagi pengelola dan pengguna wisata, internet menjadi jembatan untuk mempromosikan pesona tempat wisata yang dikelola dan dikunjungi.

Namun, tak dapat dibantah, masih banyak wilayah di Indonesia, khususnya pedesaan yang jaringan internetnya tidak stabil (masih terbatas) dan bahkan blank spot (tanpa sinyal). Padahal banyak dari desa-desa tersebut yang berstatus desa wisata dan menyimpan beragam potensi untuk dikembangkan dan dipromosikan ke wisatawan dengan dukungan jaringan internet yang memadai. Salah satu daerah di Indonesia yang jaringan internet di beberapa desa masih tidak stabil adalah Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.

Kabupaten dengan luas sekitar 1.200 hektare dan penduduk berjumlah 142.318 jiwa ini memiliki 128 desa. Desa ini berhadapan langsung dengan Gunung Pusuk Buhit yang dinilai sakral bagi suku Batak. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Samosir, Tetty Naibaho mengatakan, dari jumlah 128 desa tersebut, sebanyak 60 desa sudah berstatus desa wisata.

Namun, dari jumlah tersebut, hanya sekitar 10 persen desa wisata yang sudah dapat melakukan pengelolaan desa wisata yang terdigitalisasi secara maksimal khususnya di sektor promosi dan publikasi.

“Selain faktor sumber daya manusia yang mengelola, keberadaan jaringan internet yang tidak stabil dan bahkan masih blank spot menjadi penyebabnya,” kata Tetty kepada Tribun-Medan.com, Selasa (12/12/2023).

Berdasarkan data Peta Wilayah Blank Spot Samosir yang dipublikasikan di laman resmi samosirkab.go.id, masih terdapat 15 desa di Kabupaten Samosir yang kondisi jaringan internetnya tidak stabil. Empat dari 15 desa ini berstatus desa wisata yakni: Desa Wisata Simanindo, Desa Wisata Huta Tinggi, Desa Wisata Partungko Naginjang, dan Desa Wisata Hariara Pohan.

Menurut Tetty, dengan terdigitalisasinya pengelolaan desa wisata di Kabupaten Samosir, beberapa proses seperti pembelian paket wisata, pemesanan kamar penginapan (homestay), ataupun pembayaran produk-produk suvenir sudah dapat dilakukan secara online.

“Bagi desa wisata yang sudah terdigitalisasi dan jaringan internetnya stabil, peluang untuk terkoneksi dengan berbagai pihak semakin maksimal. Misalnya saat berjejaring dengan hotel atau restoran. Ketika desa wisata terkoneksi dengan hotel atau restoran, pihak hotel atau restoran dapat menyambungkan tamu-tamu mereka jika ingin berkunjung ke desa wisata,” ujar Tetty.

Meski jaringan internet masih tidak stabil hingga saat ini, tak menjadi penghalang bagi pengelola desa wisata di Kabupaten Samosir untuk memasarkan desa wisatanya dengan maksimal. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kunjungan wisatawan, tak hanya lokal tetapi juga mancanegara. Satu diantaranya adalah Desa Wisata Huta Tinggi yang berada di Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir.

Tak hanya menjadi destinasi favorit wisatawan lokal dan mancanegara, pengelolaan yang tepat dan maksimal menjadikan desa wisata yang berdiri tahun 2013 ini menjadi salah satu desa wisata terbaik di Indonesia tahun 2021 lalu. Desa wisata Huta Tingi menjadi satu-satunya desa dari Kabupaten Samosir yang meraih predikat 50 Desa Wisata Terbaik dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021. Desa Wisata Huta Tinggi meraih predikat terbaik V dalam kategori konten kreatif.

Apa rahasia Desa Wisata Huta Tinggi sehingga menjadi yang terbaik meskipun jaringan internet tidak stabil? Pengelola Desa Wisata Huta Tinggi, Stella Angelica Lumban Gaol mengatakan, pihaknya berkomitmen agar keberadaan Desa Wisata Huta Tinggi tetap dikenal masyarakat luas melalui saluran digital yang ada. Dengan memaksimalkan jaringan internet yang ada di desa mereka, seluruh pengelolaan desa wisata sudah dilakukan secara terdigitalisasi.

Pengunjung yang ingin datang diwajibkan melakukan reservasi secara online melalui media sosial (FB, IG) desa wisata, website Desa Huta Tinggi, atau melalui marketplace khusus desa wisata: Atourin. Pembelian paket-paket wisata juga sudah dapat dilakukan secara digital.

“Kami membatasi pengunjung yang datang. Konsep kami adalah pengunjung harus mendapatkan pengetahuan baru ketika datang ke Huta Tinggi. Pengetahuan tersebut didapat dari proses belajar bersama warga setempat terkait kearifan lokal yang ada di Huta Tinggi. Kalau pengunjung tidak dibatasi, proses belajar ini tentu saja sulit dilakukan,” kata Stella kepada Tribun Medan.com, Selasa (12/12/2023).

Baca juga: Desa Huta Tinggi, Tawarkan Keindahan Danau Toba

Menurut Stella, Desa Huta Tinggi memiliki beragam kearifan lokal yang menjadi keunggulan tersendiri dan tidak dimiliki desa lain. Kearifan lokal inilah yang kemudian dikemas dalam bentuk paket-paket wisata dan dipasarkan kepada masyarakat. Kearifan lokal tersebut diantaranya tanaman kopi, kerbau, tarian tradisional, dan rumah Batak.

Paket yang dikemas dengan tanaman kopi adalah memetik biji kopi. Untuk kerbau, paket yang tersedia diantaranya memerah susu kerbau (horbo) di pagi hari dan kemudian diolah menjadi Dali Ni Horbo atau dikenal sebagai keju khas Batak. Khusus untuk kerbau jantan, pengunjung dapat menaikinya sebagai alat transportasi kegiatan.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved