Berita Sumut

Jelang Akhir Tahun Ekspor Karet Sumut Anjlok, Ternyata Ini Penyebabnya

Volume ekspor komoditi karet alam asal Sumatera Utara anjlok pada pengapalan Oktober 2023.

TRIBUN MEDAN/HO
Petani karet sedang menderes kebun karet. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Volume ekspor komoditi karet alam asal Sumatera Utara anjlok pada pengapalan Oktober 2023.

Padahal, ekspor karet alam Sumut pada September 2023 mulai mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya. 

Baca juga: Pedagang Sepatu Asal Bogor Ini Berhasil Ekspor ke Beberapa Negara Berkat Program Ekspor Shopee

Berdasarkan data dari Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, realisasi ekspor karet Sumatera Utara pada Oktober hanya sebesar 22.637 ton atau turun sebesar 7,9 persen dibandingkan bulan lalu. 

"Realisasi ekspor karet Sumatera Utara pada Oktober sebesar 22.637 ton atau terjadi penurunan 7,9 persen dibandingkan bulan lalu. Bila dibadingkan dengan volume Oktober 2022, terlihat masih anjlok atau turun sebesar 7,74 persen," ujar Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah, Kamis (23/11/2023).

Dikatakan Edy, penurunan ekspor karet alam ini terjadi akibat menurunnya permintaan dari berbagai negara terutama dari China. Posisi China sebagai negara tujuan ekspor pada Oktober turun ke peringkat 5 dari peringkat 3 pada September. 

Padahal, China menjadi konsumen utama karet asal Sumut pada tahun 2022 yang mengkonsumsi 40 persen lebih dari total 15,12 juta ton konsumsi karet

"Ada penurunan permintaan dari negara-negara konsumen utama merupakan cerminan ketidakpastian global, dampak geo-politik perang Rusia-Ukraina dan Israel-Hamas, serta ketegangan China dan Amerika Serikat," ungkapnya. 

Ada sebanyak 28 negara tujuan ekspor Oktober 2023, adapun 5 negara tujuan utama adalah Jepang sebanyak 36,66 persen, USA sebesar 16,75 persen, Kanada 7,97 persen, Brasil sebanyak 6,15 persen dan China 5,40 persen.

Sementara itu, Edy menyampaikan bahwa saat ini kondisi ekspor karet di Sumut masih sulit untuk bangkit lantaran kelangkaan bahan baku yang disebabkan semakin berkurangnya kebun karet, baik dari Sumut maupun provinsi sentra produksi karet lainnya akibat konversi ke tanaman lain.

Sebagaimana diketahui bahwa sumber bahan baku sebagian besar dari luar provinsi, diantaranya Riau sebanyak 20,32 persen, Lampung sebesar 17,43 persen, Aceh 8,21 persen, Kemudian Jambi sebanyak 5,21 persen, Kepulauan Riau 3,39 persen, Bengkulu 2,8 persen dan Sumatera Barat 2,02 persen. 

Baca juga: Ekspor Minyak Hewani dan Nabati Meningkat, Picu Neraca Perdagangan Sumut Surplus

"Produksi dari perkebunan karet di Sumatera Utara pada November ini dipastikan menurun akibat gangguan curah hujan. Namun diharapkan untuk pengapalan akhir tahun bisa mulai membaik dimana pabrik-pabrik ban akan menambah stok hingga akhir tahun," katanya. 

Diketehui, harga rata-rata SICOM TSR-20 Oktober 2023 sebesar 144.09 sen AS atau naik 3.23 sen dibandingkan bulan sebelumnya. 

Sampai minggu ke 3 bulan November harga rata-rata masih lebih tinggi dibandingkan bulan lalu, rata-rata pada 22 November adalah 147.14, sedangkan harga penutupan pada 22 November tercatat 145.7.

(cr10/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved