KISAH Pilu Murid SD Korban Bullying, Dulunya Berprestasi Kini Terbaring Tak Berdaya

Kisah pilu dialami seorang pelajar berinisal GRH (13) asal Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) yang menjadi korban bullying di sekolahnya.

Tribun Medan/Husna Fadilla
Kondisi GRH (13) pelajar asal Serdang Bedagai yang menjadi korban bullying kini terbaring tak berdaya di salah satu rumah singgah di Kota Medan, Rabu (22/11/2023). 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Kisah pilu dialami seorang pelajar berinisal GRH (13) asal Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) yang menjadi korban bullying di sekolahnya.

Ia diduga telah sering mendapat perundungan dari sejumlah teman sekolahnya. Sepulang sekolah ditunggui lalu dipukuli.

Peristiwa ini mengakibatkan terjadinya pembekuan darah di bagian kepala.

Meski berkali-kali menjadi korban bullying, GRH tak pernah mengadu kepada ibunya, Hotmaida Manalu yang menjadi orangtua tunggal.

Insiden ini baru diketahui Hotmaida saat GRH sakit demam dan kejang-kejang.

Ia dilarikan ke rumah sakit, dan belakangan baru diketahui GRH sering dipukuli sepulang sekolah.

Kini, GRH hanya bisa terbaring tak berdaya di atas kasur berukuran kecil dalam sebuah ruangan yang ditempatinya bersama sang ibu.

Terhitung sudah setahun GRH dirawat. Tidak ada perubahan, malah makin parah.

Baca juga: Anak Polisi dan Keponakan Anggota DPRD yang Bullying Siswi Akhirnya Dikeluarkan dari Sekolah

Saat Tribun Medan temui Rabu (22/11/2023), di rumah singgah tempat GRH dirawat di Kota Medan, Hotmaida Manalu bercerita, bahwa sebelum mendapat perundungan anaknya adalah siswa yang pintar.

GRH langganan mendapat juara kelas, juga aktif mengikuti berbagai perlombaan di sekolahnya.

"Terakhir di bulan Agustus dia ikut lomba cerdas cermat perwakilan sekolahnya," cerita sang ibu sambil menunjukkan foto putranya sehari setelah memperoleh juara cerdas cermat kala itu.

Bahkan disebutnya GRH adalah anak yang aktif dan periang, ia juga dipilih sebagai ketua kelas di sekolahnya.

Tetapi ia harus menahan kesedihan melihat putra keempatnya itu hanya bisa terbaring kaku di tempat tidur, dan harus mendapat perawatan intensif.

"Tangannya pun kalau dipegang udah nggak respon lagi, beginilah kondisinya sekarang. Saya juga udah nggak tau mau gimana lagi, saya cuman mau keadilan untuk anak saya," ungkapnya.

Hotmaida mengatakan ada empat orang pelajar SD yang menjadi pelaku perundungan terhadap anaknya yaitu, GS (11), GAPS (10), APS (11), dan ARH (10).

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved