TRIBUN-MEDAN.COM,- Sumatra Utara memiliki beragam suku, adat dan budaya.

Diantara beberapa suku yang ada di Sumut, ada suku Karo.

Suku Karo ini banyak mendiami wilayah pegunungan, khususnya di Kabupaten Karo.

Baca juga: Mengenal Ritual Hahonim Horja Bius yang Ada pada Masyarakat Batak Toba

Dalam pelaksanaan kehidupan sehari-hari, suku Karo memiliki beragam ritual, satu diantaranya adalah ritual perumahan begu.

Bagi masyarakat suku Karo, ritual perumahan begu ini dimaksudkan untuk berkomunikasi dengan roh atau arwah nenek moyang.

Harapannya, untuk mengetahui apa yang telah terjadi.

Pengertian Begu

Bagi suku karo, begu adalah arwah (tendi) orang yang sudah meninggal.

Menurut Pdt Israel HS Milala dalam laman blogspotnya disebutkan, bahwa masyarakat suku Karo meyakini, roh menjadi begu, rambut menjadu ijuk, daging menjadi tanah, tulang menjadi batu, darah menjadi air, dan nafas menjadi angin.

Dari sinilah orang Karo memahami ada keterbatasan hidup dalam dunia, tetapi ada juga kelanjutan hidup setelah kematian.

Dalam pemahaman orang Karo, bahwa yang sudah meninggal masih dapat dihubungi dengan perantaran dukun (guru sibaso).

Baca juga: Ritual Sibiangsa, Tradisi Batak Toba Mempertahankan Kampung di Masa Lampau

Roh yang dikenal dengan begu ini terbagi dalam dua, yaitu roh nenk moyang/keluarga, dan begu ganjang.

Roh nenek moyang dianggap baik, karena dapat memberikan kebaikan.

Sementara begu ganjang, diyakini sebagai roh jahat yang bisa membunuh sang pemelihara jika tidak memberikan persembahan atau sesajen (mere man begu). 

Seiring perkembangan zaman, perumahan begu ini sudah sangat jarang ditemui.

Baca juga: Ritual Aneh Emak-emak Usap Dagangan di Kemaluan Bikin Warga Ogah Jajan Sembarangan

Sebab, masyarakat suku Karo saat ini sudah banyak yang menganut agama.