Bacarita Kespro Mendobrak Tembok Tabu Seksualitas: Bermula dari Penyintas, Kini Jadi Penggerak
Bacarita Kespro telah menjangkau 4.000-an peserta anak dan remaja di lebih dari 30 komunitas gereja, sekolah, dan kampus di Indonesia, terutama di NTT
Penulis: Truly Okto Hasudungan Purba |
BERAGAM pencapaian positif telah diperoleh Tenggara Youth Community melalui program Bacarita Kespro dalam mendobrak tembok tabu seksualitas di NTT. Lebih dari sekadar diikuti ribuan peserta anak dan remaja, Bacarita Kespro yang bermula dari keprihatinan Mariana sebagai penyintas, kini telah tampil sebagai penggerak anak dan remaja serta orang-orang di sekitar mereka untuk pemenuhan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR). Pencapaian positif lainnya adalah, perubahan sikap anak dan remaja dalam memahami kesehatan seksual dan kespro.
Emmanuel Farel (12) misalnya. Siswa kelas I SMP di Kabupaten Kupang ini mengatakan, setelah mengikuti program Bacarita Kespro, secara perlahan dirinya dapat memahami mengenai kesehatan seksual dan reproduksi. Sebagai laki-laki, dirinya mengetahui posisinya dan bagaimana bersikap ke teman laki-laki dan perempuan.
“Saya semakin menyadari apa yang boleh saya lakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan seiring pertambahan usia dan perubahan di tubuh saya,” katanya, Kamis (28/9/2023).
Hal senada juga dikatakan Pendeta Seprianus Adonis. Ia mengatakan, program Bacarita Kespro membuat anak dan remaja dapat menghargai teman-teman sebayanya baik laki-laki dan perempuan. Anak dan remaja sudah dapat menghilangkan perlakuan-perlakuan negatif baik ke teman laki-laki dan perempuan.
“Bagaimana mereka bersikap terhadap diri mereka dan teman mereka, apalagi terkait isu kesehatan seksualitas dan reproduksi. Perundungan dan candaan terkait alat kelamin dan reproduksi sudah tidak dilakukan,” kata Pendeta Seprianus.
Seprianus menambahkan, saat ini angka kekerasan seksual khusus di Desa Neke sudah menunjukkan nihil (zero). Sebelumnya di tahun 2017, ada beberapa kasus kekerasan seksual seperti anak hamil di luar nikah. “Dari informasi yang saya peroleh, tiga tahun terakhir, kasusnya zero di Desa Neke. Apakah karena takut melapor atau karena hal lain, tentu saja masih perlu dianalisis. Tapi bagi kami di desa, program Bacarita Kespro telah memberikan manfaat bagi anak dan remaja,” ujarnya.
Selain perubahan sikap pada anak, sikap orang tua juga kini ikut berubah dalam memahami isu kesehatan seksual dan kespro, khususnya bagi orang tua yang anaknya ikut program Bacarita Kespro.
“Orang tua kini semakin paham tentang pentingnya kesehatan seksual dan kespro. Bahkan ketika mengantar anaknya belajar, orang tua ikut duduk dan berdiskusi. Kalau dulu mereka tabu membicarakan isu ini di rumah, sekarang orang tua sudah mau berdiskusi terbuka dengan anak-anaknya,” kata pengurus Komunitas Rumah Sejuta Mimpi, Ima.
Sementara itu, Mariana mengakui keterbukaan banyak pihak di NTT tentang kesehatan seksualitas dan kespro menjadi salah satu hal yang membuat ia dan Tenggara bangga, Menurutnya, saat ini anak muda di NTT sudah banyak yang berbicara tentang kesehatan seksualitas dan kespro di sekitarnya. Terlebih di gereja, Marina mengaku gembira karena gereja terbuka terhadap isu ini.
Kebanggan Mariana lainnya adalah terkait praktik Sifon di Pulau Timor. Ia bercerita, tradisi Sifon sebagai sebuah kegiatan persetubuhan setelah sunat perlahan dapat ditekan seiring dengan gencarnya edukasi kesehatan seksual dan kespro serta bahaya yang ditimbulkan yang diberikan di beberapa komunitas di Pulau Timor.
“Dari komunitas yang kami kunjungi, kami mendapat kabar dari pastor yang mendampingi kami saat itu, bahwa sekitar 20-an anak muda di desa tersebut sudah melakukan inisiasi untuk sunat medis yang sesuai standar kesehatan. Hal ini sangat menggembirakan. Ternyata kalau informasi kesehatan seksualitas dan kespro disampaikan dengan menyenangkan, maka anak muda mau melakukan sesuatu yang berbeda dan mengubah tradisi yang menurut mereka berisiko untuk kesehatan seksual mereka,” terangnya.
Keberlanjutan untuk Menghadapi Tantangan
SEIRING berjalannya waktu, perjuangan yang dilakukan Mariana dan Tenggara Youth Community membuahkan prestasi yang menggembirakan. Mariana dan Program Bacarita Kespro mendapat penghargaan Semangat Astra Terpadu untuk Indonesia (SATU) Indonesia tahun 2020 bidang Kesehatan.
Bagi Mariana, penghargaan ini tak lantas membuatnya berhenti berjuang menjadi penggerak edukasi kesehatan seksual dan kespro. Baginya, penghargaan SATU Indonesia Award menjadi penyemangat untuk melahirkan berbagai kegiatan inovatif lain dan merangkul semakin banyak komunitas, anak, remaja, dan orang tua dalam program Bacarita Kespro.
“Tantangan ke depan semakin besar. Perkembangan teknologi yang cepat saat ini membuat informasi di bidang seksualitas begitu mudah di dapat. Anak dan remaja harus menyikapinya dengan bijak. Selain itu pemenuhan Hak Kesehatan Seksualitas dan Reproduksi merupakan bagian dari Hak Azasi Manusia. Karena itulah program Bacarita Kespro harus tetap berlanjut di tengah tantangan tersebut,” kata Mariana.
| Penampakan Hutan Mangrove di Langkat yang Terancam Dialih Fungsi |
|
|---|
| Iwan Habisi Guru PPPK Bermula dari Cekcok dengan Istri, Pernah Jadi Penjaga Kos Korban |
|
|---|
| Sosok Ibu yang Buang Mayat di Aek Ledong, Wanita Muda Lahiran Sendiri |
|
|---|
| PENGAKUAN Jansen Henry, Mahasiswa Bimbingan Levi Kuak Hubungan Sang Dosen dengan AKBP Basuki |
|
|---|
| Lisa Mariana Ambil Uang Saweran Dinar Candy, Sibuk Kumpulkan Duit yang Berserakan: Kampret |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Mariana-Yunita-Hendriyana.jpg)