Berita Medan

Deteksi Dini HIV Pada Ibu Hamil, Cara Cegah Penularan ke Bayi

Jika ibu hamil positif HIV, dokter akan menyiapkan serangkaian perawatan atau pengobatan untuk mengurangi risiko penularan

Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
HO
Ketua Yayasan Peduli Anak Dengan HIV/AIDS (YP ADHA), Saurma MGP Siahaan saat memberikan pemaparan. 

TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN- Deteksi dini HIV pada ibu hamil menjadi sangat penting, untuk mengetahui apakah ibu hamil adalah orang dengan HIV/AIDS sehingga berpotensi menularkan virus tersebut kepada bayinya.

Jika ibu hamil positif HIV, dokter akan menyiapkan serangkaian perawatan atau pengobatan untuk mengurangi risiko penularan atau gangguan kesehatan pada bayi yang ada di kandungan.

Dengan skrining yang dilakukan sedini mungkin, ibu dengan HIV dapat segera mendapatkan pengobatan Antiretroviral (ARV) yang membantu penyakit itu tidak menular ke anak-anak.

Hal ini disebutkan Ketua Yayasan Peduli Anak dengan HIV/AIDS (YP ADHA), Saurma MGP Siahaan. Sebab faktor utama anak tertular HIV/AIDS atau ADHA ini mayoritas tertular dari sang ibu.

"Kami bersama PKK juga selalu berusaha membahas ibu hamil untuk lakukan skrining HIV/AIDS. Kami maunya ibu hamil benar-benar diperiksa. Namun kebanyakan saat ibu hamil diminta skrining HIV/AIDS ini ada suatu beban bagi mereka. Padahal ini bukan beban namun suatu bentuk pencegahan," katanya dalam diskusi mengenai penanganan ADHA di Kota Medan bersama Mitra Stakeholder dan CSO, Rabu (25/10/2023).

Diceritakan Saurma, pernah ada kasus yang dijumpai pihaknya seorang ibu tidak mengetahui bahwa ternyata dia terpapar HIV/AIDS yang akhirnya menularkan pada bayinya.

"Si ibu kala itu menangis karena tidak ada pengetahuan tentang pencegahan penularan virus itu kepada bayinya. Karena bila sudah terdeteksi pencegahan yang bisa dilakukan agar bayinya tidak tertular diantaranya ibu hamil bisa melahirkan dengan operasi caesar lalu tidak menyusui anak secara langsung," jelasnya.

Sehingga, dalam hal ini sangat dibutuhkan sosialisasi yang lebih luas lagi untuk menekan angka penularan HIV/AIDS pada anak. "Kita harapkan seluruh pihak dan media juga bisa memberikan sosialisai ini," harapnya.

Pada saat ini, ada sebanyak 132 anak yang didampingi oleh YP ADHA.

Ratusan ADHA ini menjalani hidupnya persis dengan anak-anak lainnya. Hanya saja pembedanya mereka mengkonsumsi obat.

"Anak-anak ini juga mendapatkan pendidikan bagi yang sudah bisa sekolah. Bahkan ada anak yang berprestasi di sekolahnya. Memang sejauh ini ada anak yang sudah mengetahui statusnya dan ada yang tidak. Karena tidak mudah mengungkapkan status tersebut pada anak-anak," ungkapnya.

Untuk pemberian gizi pada ADHA disebutkan Saurma mereka memiliki program yang didukung oleh APBD dan sudah di jalankan ke anak-anak ini.

"Gizi pada anak ini bisanya kita salurkan dalam bentuk beras, susu, ada juga madu dan lainnya. Itu kami harapkan bisa mendukung gizi anak-anak tersebut. Dan, ada juga donasi dari donatur kita serahkan bantuan juga ke mereka," sebutnya.

Saat ditanyakan, kenapa di Medan atau Sumut tidak memiliki Rumah Khusus ADHA.

Saurma menjabarkan bahwa Rumah Khusus Adha memang sudah pernah disampaikan dalam bentuk rumah Aman dengan Pemko Medan di masa jabatan Wali Kota Abdillah dan sudah melakukan MoU.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved