Kesehatan

Waspadai Blue Video Terhadap Anak, Ini Risiko yang Bisa Terjadi

"Blue video" adalah istilah yang sering digunakan untuk menyebut video atau film dewasa. Ini bahayanya terhadap anak.

Penulis: Array A Argus | Editor: Array A Argus
Tribun Medan/ChatGPT
PENGAWASAN ORANG TUA- Seorang anak yang tengah menonton video di perangkat elektronik dalam pengawasan orang tua. Ilustrasi ini dibuat menggunakan aplikasi kecerdasan buatan atau AI, Kamis (22/8/2025). 

TRIBUN-MEDAN.COM,- Kemudahan akses internet kadangkala kerap dimanfaatkan pihak tertentu untuk menyebarkan informasi, atau konten yang tidak layak ditonton oleh anak-anak.

Misalnya saja soal keberadaan konten blue video atau film dewasa.

Akhir-akhir ini, konten dewasa sangat mudah ditemukan di TikTok, Facebook, bahkan Instagram.

Baca juga: 6 Link Nonton Film Gratis Ilegal yang Populer di Indonesia, Ini Bahaya yang Mengintai Anda

Hal-hal semacam ini bisa saja ditonton oleh anak-anak.

Mungkin, anak-anak awalnya tidak sengaja membuka konten tersebut.

Tapi lama kelamaan, bisa saja konten semacam ini dapat merusak perkembangan anak.

Yang perlu diketahui oleh segenap orang tua adalah bagaimana mengawasi anak-anaknya saat bermain gadget.

Sebab, ada beberapa dampak buruk yang bisa terjadi pada anak jika menonton blue film atau film dewasa.

Baca juga: Link Nonton Film Korea Project Wolf Hunting, Kisah Tentang Buronan Interpol

Dampak Berbahaya pada Anak

Menonton blue video atau video dewasa memiliki bahaya besar bagi anak-anak, baik dari segi fisik maupun psikologis.

Berikut bahaya utama yang dapat dialami anak jika menonton video dewasa:

  1. Gangguan Perkembangan Otak
    Anak yang menonton konten dewasa berisiko mengalami perubahan struktur otak, terutama penyusutan bagian otak yang mengatur daya ingat, konsentrasi, serta fungsi kognitif dan emosional. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan belajar, daya ingat menurun, serta masalah dalam pengendalian diri dan pengambilan keputusan.

  2. Gangguan Emosi dan Kecanduan
    Sering menonton video dewasa dapat menyebabkan kecanduan. Anak yang kecanduan akan punya dorongan kuat untuk terus mengakses konten yang sama, yang berpotensi menyebabkan emosi tidak stabil, mudah marah, cemas, dan perubahan suasana hati yang drastis.

  3. Kesulitan Sosialisasi dan Perilaku Menyimpang
    Anak yang sering terpapar konten pornografi cenderung mengalami penurunan kemampuan bersosialisasi, dan dapat menganggap perilaku seksual atau kekerasan sebagai hal normal. Ini dapat meningkatkan risiko melakukan perilaku agresif, pelecehan seksual, atau mengalami gangguan identitas seksual di masa depan.

  4. Risiko Seksual Dini dan Penyakit Menular
    Anak yang terlalu dini melihat konten seksual lebih berisiko melakukan hubungan seksual di usia muda, yang berisiko terjebak dalam seks bebas, kehamilan tidak diinginkan, dan tertular penyakit menular seksual.

  5. Gangguan Mental dan Kesehatan Psikologis
    Dampaknya bisa berupa depresi, kecemasan, rasa bersalah, malu, serta perubahan persepsi seksual yang bisa merusak hubungan sosial dan kualitas hidup anak kelak.

Upaya pencegahan yang efektif meliputi pengawasan ketat orang tua, edukasi seksual yang tepat sesuai usia, penggunaan aplikasi pengaman pada perangkat digital, dan memberikan rasa aman serta dukungan emosional pada anak.

Baca juga: SOSOK Ria Norsan, Gubernur Kalimantan Barat yang Diperiksa KPK Soal Korupsi Jalan Mempawah

Hal yang Harus Dilakukan Orang Tua

Agar anak terhindar dari tontonan blue video atau video dewasa, berikut beberapa hal yang harus dilakukan oleh orang tua:

  1. Gunakan Aplikasi dan Software Keamanan
    Pasang aplikasi atau software kontrol orang tua (parental control) yang bisa memblokir akses ke situs-situs pornografi dan konten negatif lainnya. Contohnya adalah FamiSafe, Norton Family Parental Control, atau Kidslox.

  2. Aktifkan Filter pada Browser dan Sistem Operasi
    Manfaatkan fitur SafeSearch di Google Chrome atau add-on parental control di Mozilla Firefox. Aktivasi fitur parental control di sistem operasi seperti Windows, agar akses internet anak lebih aman dan terpantau.

  3. Pantau Aktivitas dan Riwayat Browsing Anak
    Rajin cek histori pencarian dan aplikasi yang digunakan oleh anak. Pastikan perangkat anak terkunci dengan password yang hanya diketahui orang tua dan pastikan tidak ada aplikasi berbahaya yang terpasang.

  4. Batasi Waktu dan Penggunaan Gadget
    Batasi durasi anak dalam menggunakan gadget atau akses internet, terutama tanpa pengawasan. Buat aturan rumah yang mengatur penggunaan perangkat digital.

  5. Berikan Pendidikan Seksual Sesuai Usia
    Berikan pemahaman yang tepat tentang tubuh, seksualitas, dan risiko konten dewasa. Pendidikan ini mencegah anak salah paham dan mengurangi rasa penasaran yang memicu akses konten tak pantas.

  6. Dampingi dan Bangun Komunikasi Terbuka
    Temani anak saat menggunakan internet, jangan biarkan mereka mengakses sendirian tanpa kontrol. Bangun hubungan yang hangat dan komunikatif agar anak merasa nyaman berbagi hal-hal yang mereka temui atau penasaran.

  7. Gunakan Fitur Internet Positif dari Provider
    Beberapa provider internet menyediakan fitur Internet Positif yang secara otomatis memblokir situs dewasa. Aktifkan fitur ini pada jaringan internet keluarga.

  8. Jadilah Teladan Penggunaan Teknologi yang Baik
    Orang tua sebaiknya juga memberi contoh penggunaan gadget yang sehat dan bertanggung jawab agar anak meniru kebiasaan positif.

Baca juga: Profil Uya Kuya, Artis Jadi Anggota DPR RI, Dapat Kecaman Netizen Karena Asyik Berjoget

Penjelasan soal Blue Video

Blue video adalah istilah yang sering digunakan untuk menyebut video atau film yang mengandung konten pornografi atau dewasa. 

Istilah ini berasal dari sejarah hukum dan budaya di beberapa negara Barat, di mana "Blue Laws" adalah aturan ketat yang melarang konsumsi konten seksual karena dianggap bertentangan dengan norma agama dan moral.

Selain itu, pada masa lalu, kemasan atau poster film dewasa tersebut biasanya berwarna biru, sehingga istilah "blue film" atau "blue video" menjadi kode halus untuk menyebut film dengan konten dewasa.

Baca juga: SOSOK Eko Patrio, Pelawak yang Kini Jadi Anggota DPR RI, Sempat Dianggap Tantang Rakyat

Secara garis besar, blue video terbagi menjadi dua kategori utama: softcore (menampilkan adegan seksual tapi tidak eksplisit penuh) dan hardcore (menampilkan adegan seksual eksplisit penuh).

Menonton blue video berlebihan dapat berisiko kecanduan dan merusak kesehatan mental serta sosial seseorang. Selain itu, mengakses video dewasa ilegal dapat berbahaya karena risiko malware, pencurian data pribadi, dan masalah hukum.

Selain pengertian tersebut, "blue video" bisa juga merujuk pada versi modifikasi atau aplikasi tertentu seperti YouTube Blue yang menyediakan fitur tambahan, tapi konteks umum dan historis istilah ini lebih dikenal sebagai film porno atau konten dewasa.(ray/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved