Perang Hamas vs Israel

Perang Hamas-Israel: Jumlah Tewas, Serangan ke Gereja dan RS Baptis Al Ahli, 6 Pejabat Hamas Tewas

Perang Hamas Palestina-Israel telah berlangsung selama 13 hari sejak Sabtu (7/10/2023).

|
Editor: AbdiTumanggor
HO
Billal Al Kedra (kanan) komandan pasukan Nukhba di selatan Khan Yunis. (Kiri) Ali Qadi pemimpin pada serangan pembuka Hamas ke wilayah Israel pada 7 Oktober 2023. (HO) 

TRIBUN-MEDAN.COM - Perang Hamas Palestina-Israel telah berlangsung selama 13 hari sejak Sabtu (7/10/2023).

Perang ini pun telah menimbulkan korban jiwa lebih dari 4.800 orang tewas dan 18.300 terluka dari kedua belah pihak selama periode 7-20Oktober 2023.

Terkait pengeboman RS Al-Ahli di Gaza, Kelompok Hamas membantah tudingan Israel bahwa merekalah pelaku pengeboman gedung rumah sakit tersebut.

Hamas menegaskan bahwa tidak mungkin kelompok mereka pelakunya. Hamas menyebut ledakan rumah sakit pada Selasa (17/10/2023) sebagai pembantaian mengerikan.

Hamas mengatakan, pengeboman itu dilakukan oleh Israel. Setidaknya 500 orang dilaporkan tewas, kata kementerian kesehatan Palestina di Hamas, seperti laporan AP.

Data United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) dari Kementerian Kesehatan Gaza dan keterangan resmi pemerintah Israel, sampai hari ke-12 perang, yakni Kamis (19/10/2023), jumlah korban paling banyak berasal dari pihak Palestina.

Jika dirinci lokasi korbannya, mayoritas korban di Jalur Gaza dengan sekitar 3.478 orang tewas dan terluka 12.500 orang.

Sementara di wilayah Tepi Barat korban tewas 64 orang dan korban luka 1.284 orang.

Seperti dilaporkan Al Jazeera, Kamis (19/10/2023), juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf al-Qudra, melaporkan bahwa sedikitnya 3.478 warga Palestina tewas akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza yang dimulai lebih dari sepekan lalu.

Dari laporan Kementerian Kesehatan Gaza tersebut, sebanyak 70 persen para korban itu di antaranya merupakan wanita, anak-anak dan warga lanjut usia (lansia).

Sementara, jumlah pengungsi di Jalur Gaza terus bertambah, namun OCHA belum memaparkan datanya secara rinci. "Jumlah pengungsi di Gaza diperkirakan mencapai satu juta orang, termasuk lebih dari 353.000 orang yang tinggal di sekolah-sekolah UNRWA di Gaza bagian tengah dan selatan, dalam kondisi yang semakin mengerikan," kata OCHA dalam laporannya.

OCHA memperkirakan ada sekitar 1,3 juta warga Palestina yang butuh bantuan mendesak. Estimasi dana bantuan yang dibutuhkan adalah US$294 juta atau sekitar Rp4,6 triliun (asumsi kurs Rp15.714 per US$). Sekitar 45 persen-nya diperlukan untuk penyediaan pangan. Setidaknya sudah ada 8 negara yang mengumumkan akan memberi bantuan untuk Palestina, dengan nilai total bantuan sekitar Rp1,9 triliun per Rabu (18/10/2023). Namun, bantuan itu belum bisa masuk ke Jalur Gaza karena aksesnya diadang Israel.

"Pengepungan total terhadap Gaza terus berlanjut. Jalur perlintasan Rafah (kota di Jalur Gaza yang berbatasan langsung dengan Mesir) tetap ditutup, mencegah masuknya bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan, termasuk makanan, air dan obat-obatan yang menunggu di wilayah Mesir," kata OCHA dalam keterangannya Rabu (18/10/2023), seperti dilansir Al Jazeera, Jumat (20/10/2023).

Sementara, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan “gencatan senjata kemanusiaan segera” untuk meringankan penderitaan besar umat manusia di sana. Gaza mengalami krisis kemanusiaan yang parah karena tidak adanya listrik. Sementara air, makanan, bahan bakar, dan pasokan medis hampir habis. 

Hamas Saling Bantah dengan Pihak Israel

Di sisi lain, pihak Hamas dan Israel saling tuding terkait pengeboman gedung Rumah Sakit Baptis Al Ahli di Gaza pada Selasa (17/10/2023). 

Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved