Berita Viral

Isu Hubungan Jokowi dan Megawati Berseteru Makin Kuat, Pengamat: Rasanya agak Sulit Diselamatkan

Apalagi baru-baru ini, saat mendeklarasikan Mahfud MD sebagai bakal calon wakil presiden Ganjar Pranowo, Jokowi dan Gibran sama sekali tidak diundang.

Editor: Liska Rahayu
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Presiden Joko Widodo didampingi Wakil Presiden Ma'ruf Amin, Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarno Putri dan Ketua DPP PDIP Puan Maharani saat menghadiri Puncak Bulan Bung Karno 2023 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (24/6/2023). PDI Perjuangan menggelar konsolidasi akbar yang dihadiri ratusan ribu orang relawan, simpatisan hingga kader, sekaligus untuk memperingati puncak Bulan Bung Karno (BBK) dengan bertemakan Kepalkan Tangan Persatuan untuk Indonesia Raya. 

TRIBUN-MEDAN.com - Banyak yang menilai hubungan Presiden Jokowi dengan Megawati, termasuk PDIP, kini sedang tidak baik-baik saja.

Apalagi baru-baru ini, saat mendeklarasikan Mahfud MD sebagai bakal calon wakil presiden Ganjar Pranowo, Jokowi dan Gibran sama sekali tidak diundang.

Hal ini tentunya menimbulkan spekulasi dari publik.

Menurut Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno sangat sulit buat Jokowi dan PDIP untuk kembali bersatu mengusung pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD (Ganjar-Mahfud) di Pilpres 2024.

“Rasa-rasanya hubungan antara Jokowi dan PDIP relatif agak sulit untuk bisa diselamatkan ya,” ucap Adi Prayitno dalam Breaking News KompasTV, Kamis (19/10/2023).

Adi menilai, satu di antara indikasi keretakan itu yakni terlihat dari ketidakhadiran Jokowi saat PDIP dan mitra koalisi mengumumkan Mahfud MD menjadi bakal cawapres untuk Ganjar Pranowo, Rabu (18/10/2023).

Menurut Adi, pada acara sepenting itu seharusnya PDIP dan mitra koalisi menunggu Presiden Jokowi tiba di Tanah Air, karena rasanya tak afdol tanpa kehadirannya.

“Spekulasi di publik semakin kencang, mengingat pengumuman Mahfud MD sebagai pendamping Ganjar itu yang kemudian tidak dihadiri Jokowi, entah karena di luar negeri atau karena alasan apa."

“Publik kemudian berspekulasi, oh ini Jokowi sudah mulai tidak dianggap ya, Jokowi sudah mulai kelihatan tidak mungkin diajak bersama lagi dengan PDIP dan mendukung Ganjar Pranowo," imbuhnya.

"Di momen yang cukup spesial, yang cukup penting tidak melibatkan Jokowi sebagai kader terbaik PDIP tentu ada persoalan-persoalan yang cukup serius,” lanjutnya.

Apalagi, sambung Adi, ada pernyataan dari Puan Maharani yang ketika diwawancara justru menitip pertanyaan untuk Jokowi apakah masih mendukung Ganjar Pranowo atau punya pilihan lain di Pilpres 2024.

“Pernyataan Puan itu sebenarnya mengonfirmasi bahwa Jokowi sudah tidak ke Ganjar, Jokowi tidak lagi mau dengan PDIP, dan Jokowi lebih memilih bergabung dengan yang lain gitu ya, mendukung figur-figur yang lain,” kata Adi.

Lantas, seberapa besarkah elektabilitas yang bisa diperoleh capres-cawapres dengan bekal dukungan dari Jokowi.

Menurut Adi Prayitno, berdasarkan survei dukungan Jokowi untuk capres-cawapres berada di angka empat persen.

“Kalau kita melihat angka-angka survei, siapapun yang didukung oleh Jokowi, dia mampu meningkat elektabilitasnya di kisaran angka tiga sampai empat persen,” ucapnya.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved