TRIBUNWIKI
Destinasi Wisata Kampung Siallagan, Tempat Persidangan dan Musyawarah Batak Toba di Masa Lalu
Perkampungan tersebut tersohor dengan narasi soal peradilan bagi masyarakat sekitar di masa lampau.
Penulis: Maurits Pardosi |
INILAH Kampung Siallagan, Tempat Persidangan dan Musyawarah Batak Toba di Masa Lalu
TRIBUN-MEDAN.com, PANGURURAN - Saat berada di Kampung Siallagan, Desa Siallagan, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, ada sebuah kursi batu berada di tengah perkampungan.
Perkampungan tersebut tersohor dengan narasi soal peradilan bagi masyarakat sekitar di masa lampau.
Bahkan, di sebuah titik ada tempat eksekusi.
Ini tentunya gambaran bagaimana hukum telah berlana di tengah masyarakat Batak Toba sejak dulu.
Kursi batu yang sudah alami pemugaran pada 200 tahun lalu berada di dekat sebuah pohon Hariara, pohon yang relatif mistis bagi masyarakat Batak Toba.
Setelah ada pemugaran dari pihak Pemerintah Pusat (PUPR) beberapa tahun terakhir ini, lokasi tersebut kini semakin digandrungi oleh pengunjung. Setidaknya, saat kunjungan Tribun Medan pada Kamis (5/10/2023), wisatawan mancanegara pun berdatangan sambil menenteng kamera.
Sepertinya, mereka ingin mengabadikan motif rumah Batak (dikenal Ruma Bolon) yang berbalut gorga.
Penatua Kampung atau yang disebut Tunggane Ni Huta Gading Jansen Sillagan (67) menuturkan makna terdalam Kursi Batu.
"Dulu ini digunakan sebagai tempat mencari keadilan. Selain sebagai penegakan hukum di masyarakat, tempat ini juga digunakan sebagai tempat musyawarah atau rapat," ujar Gading Jansen Siallagan (67), Kamis (5/10/2023).
Sejak awal revitalisasi kampung tersebut, pihak keluarga telah mempersiapkan gambar tata ruang, story telling (narasi), fasilitas yang didapatkan pengunjung saat berada di kawasan tersebut.
Sehingga pada revitalisasi, tempat tersebut semakin membuat pengunjung semakin nyaman.
“Ini adalah batu persidangan, bukan kanibalisme. Ini satu-satunya yang ada di Samosir yang memperlihatkan kenapa orang Batak banyak menjadi pengacara,” sambungnya.
Soal budaya musyawarah, ia menguraikan, masyarakat sekitar telah melakukannya sejak awal. Termasuk persiapan acara adat, selalu diawali dengan musyawarah.
“Kalau dulu ada orang Batak yang meninggal, itu kan ada rapatnya, bermusyarah soal apa yang akan dilakukan pada acara adatnya. Sama halnya dengan acara adat yang lain, misalnya pernikaha. Itu rupanya yang dilakukan Raja Siallagan dulu kalau ada sesuatu harus dirapatkan di sini. Maka dibilang batu persidangan,” terangnya.
| SOSOK Letkol Inf I Gede Agus Dian, Dandim 0207/Simalungun, Punya Pendidikan Seperti AHY |
|
|---|
| 3 Cara Cek Keaslian e-Meterai, Berikut Ciri-cirinya |
|
|---|
| Pekong Lima Medan, Bangunan Tua Dibalik Kisah Dibunuhnya 5 Pemuda Tionghoa oleh Jepang |
|
|---|
| 7 Tips Beli Mobil Lelang Agar Untung Maksimal |
|
|---|
| 5 Tips Memilih Kursi Makan Bayi yang Aman dan Nyaman |
|
|---|