Tribun Wiki

8 Tempat Wisata Budaya di Samosir dengan Harga Terjangkau

Berikut ini adalah delapan tempat wisata budaya di Samosir yang bisa Anda kunjungi dengan biaya relatif terjangkau

|
Editor: Array A Argus
HO
Para pemain drama kolosal cerita wisata Batu Kursi Parsidangan Raja Siallagan di Huta Siallagan, Samosi 

TRIBUN-MEDAN.COM- Bagi Anda yang belum pernah berkunjung ke Sumatra Utara, pasti sering bertanya-tanya, dimanakah lokasi yang bagus untuk wisata budaya.

Lokasi yang paling sering dikunjungi dan jadi tempat rekomendasi adalah Kabupaten Samosir.

Di Kabupaten Samosir, banyak tempat yang bisa Anda singgahi.

Selain bisa menikmati keindahan alamnya, Anda juga bisa belajar sejarah dan budaya masyarakat Samosir.

Berikut ini adalah 8 tempat wisata budaya di Samosir yang bisa Anda kunjungi.

1. Museum Hutabolon Simanindo

Museum Huta Bolon merupakan bekas kompeks kediaman Raja Hutauruk.

Lokasi ini dikenal sebagai Nagaru Simanindo.

Meseum ini memiliki beberapa area yang bisa dikunjungi wisatawan.

Di museum ini, ada berbagai peninggalan budaya suku Batak, mulai pakaian adat, perhiasan, peralatan masak, peralatan tenun, persenjataan, porselen Belanda dan Tiongkok, hingga patung ukiran khas Batak.

Wisatawan juga akan menemukan naskah kuno peninggalan nenek moyang etnis Batak.

Museum Huta Bolon
Museum Huta Bolon (Tribun Medan/ Silfa Humairah)

Pada area kedua, wisatwan bisa mengunjungi replika kampung tradisonal orang Batak (Huta Bolon) dengan rumah yang tampak berjejer di kanan dan dikiri.

Di area depan rumah adat juga biasanya digelar pertunjukan tarian tot-tor dengan patung si gale-gale.

Pada area ketiga, wisatwan bisa berkunjung ke rumah kaca dengan arsitektur kolonial Belanda (Heritage House).

Anda akan bernolstalgia seolah merasakan nuansa saat masa peperangan Belanda dulu.

Untuk berkunjung ke Museum Huta Bolon, wisatawan akan menempuh perjalanan 30 menit dari pelabuhan Ambarita.

Jika dari Tomok, wisatawan harus menempuh 10 km perjalanan.

Rasa lelah wisatawan akan tergantikan oleh pesona alam nan indah.

Lokasi ini tepat di Desa Simanindo, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.

Untuk tiket yang perlu dibayar sebesar Rp 20.000 per/ orang.

Jika Tribunners mau berlibur ke Museum Hutabolon Simanindo bisa mengaksesnya lewat tiga jalur perairan, yaitu pelabuhan Tomok, Tigaras menuju Simanindo dan Muara menuju Nainggolan.

2. Makam Raja Sidabutar

Kabupaten Samosir dikenal dengan beragam tempat peninggalan sejarah, satu diantaranya ada di Tomok, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.

Di Tomok, ada Makam Raja Sidabutar.

Menurut kepercayaan masyarakat setempat, Raja Sidabutar merupakan manusia pertama yang ada di pulau Samosir.

Raja Sidabutar juga terkenal dengan kesaktiannya.

Ia memiliki rambut gimbal di kepalanya.

Makam Raja Sidabutar menjadi areal permainan anak-anak sehingga menghilangkan kesakralannya
Makam Raja Sidabutar menjadi areal permainan anak-anak sehingga menghilangkan kesakralannya (Facebook/Ichwan Azhari)

Uniknya lagi, makam yang tersebar di kompleks ini sudah ada yang berumur 460 tahun.

Makam tua ini terletak di Desa Tomok Parsaoran, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.

Jika Anda ingn berkunjung ke makam Raja Sidabutar, wisatawan bisa membeli tiket secara sukarela.

Transportasi ke Makam Raja Sidabutar bisa diakses melalui jalan darat dari Panguguran ke Tomok, dan jalur perairan menggunaan kapal fery atau kapal kayu Tigaras- Simanindo-Tomok atau Ajibata-Tomok.

3. Museum Batak Tomok

Museum Batak Tomok terletak di Desa Tomok, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara, atau tepatnya berada di Komplek TB Silalahi Center ujung perlintasan Pasar Cinderamata Tomok ke arah dalam Kuburan Tua Raja Sidabutar.

Untuk sampai ke museum itu, pengunjung harus menyeberangi Danau Toba.

Biasanya berangkat dari dermaga Ajibata menuju ke dermaga penghubung Tomok di Pulau Samosir.

Bangunan museum ini memiliki gaya arsitektur rumah tradisional tempat tinggal suku Batak yang bernama Ruma Bolon.

Rumah Bolon ini memiliki ornamen khas dan unik.

Ukiran- ukiran berwarna merah putih dan hitam sangat mendominasi pada dinding bangunan ini.

Pengelola Museum Batak Tomok berfoto bersama Tukkot yang berusia ratusan tahun di acara Festival Museum Sumut 2020,Jumat (18/9/2020).
Pengelola Museum Batak Tomok berfoto bersama Tukkot yang berusia ratusan tahun di acara Festival Museum Sumut 2020,Jumat (18/9/2020). (T R IBUN-MEDAN.com/Kartika Sari)

Menurut orang Batak sendiri, ketiga warna itu merupakan simbol simbol spiritual.

Pada dinding bangunan terdapat ukiran cicak yang memiliki makna sebagai pelindung, dan memiliki pesan bahwasannya masyarakat Batak harus dapat berbaur dengan lingkungan yang mereka tinggali.

Ada ukiran-ukiran dan ornamen khas Batak bernama gorga yang menjadi bagian dari bangunan museum.

Desain pintu masuk yang dibuat rendah dengan atap rumah yang lebih tinggi di depan daripada bagian belakang, serta detail-detail lainnya menjadikan bangunan museum ini sangat cantik dan otentik.

Untuk wisatawan yang ingin berkunjung ke museum dapat diakses dengan gratis.

4. Tombak Ompu Raja Rosuhul Sihaloho

Tombak Ompu Raja Rosuhul Sihaloho berada di Huta Sosor Holbung Dusun Matahari, Desa Simanindo, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.

Tombak Ompu Raja Rosuhul berbentuk sampan, memiliki panjang 350, tinggi 260 dan lebar 135.

Ompu Raja Rosuhul Sihaloho adalah orang pertama Sihaloho yang datang dari Parbaba ke kenegerian Simanindo sekitar tahun 1600 yang lalu.

Ompu Raja Rosuhul Sihaloho ini mendapatkan penghargaan dari marga Sitolu Tali, karena Ompu Raja Rosuhul Sihaloho ini berhasil mengusir musuh Raja Sitolu Tali yang ada di kenegerian Simanindo.

Karena jasanya, ia diangkat sebagai raja.

Bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke tombak ini, lokasinya tidak dipungut biaya.

Transportasi ke Tombak Ompu Raja Rosuhul Sihaloho bisa diakses jalur darat saja.

Sebab, lokasinya jauh dari jalur perairan yaitu melalui Pangunguran- Simanindo.

5. Batu Persidangan Huta Siallagan

Batu Persidangan berada di Huta Siallagan Pindaraya, Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.

Batu Kursi Raja Siallagan ini sudah pernah didatngi Presiden Joko Widodo.

Batu Persidangan ini merupakan objek wisata berbentuk batu kursi yang berfungsi sebagai batu persidangan dan batu parhapuran.

Tempat ini merupakan tempat Raja Siallagan melakukan pengadilan terhadap tindak kejahatan.

Walau telah berusia ratusan tahun, seluruh peninggalan Raja Siallagan masih terjaga dengan sangat baik.

Berwisata di Pulau Samosir, kita akan menemukan sebuah cerita legenda yang menggambarkan sisi lain tradisi dan budaya masyarakat Batak pada masa lalu, yang menjadi daya tarik pariwisata di kawasan ini.

Konon, menurut cerita masyarakat setempat, ketika agama luar belum masuk, di tempat ini sering terjadi praktek kanibalisme dalam penerapan sangsi hukum adat.

Sebagai bukti, jejaknya sampai hari ini bisa kita lihat melalui dua buah rangkaian kursi batu berumur ratusan tahun yang disusun melingkar dengan cekungan miring terletak di bawah pohon hariara tua yang akarnya telah membelit kemana-mana.

Pohon hariara merupakan pohon yang disucikan atau dikeramatkan oleh masyarakat Batak, dan lazim ditanam di tiap huta.

Dan kedua rangkaian batu tersebut disebut sebagai batu parsidangan.

Konon, menurut cerita, di kursi batu melingkar itulah persidangan para tetua kampung yang dipimpin oleh Raja Siallagan berlangsung.

Pada saat menggelar persidangan untuk si pelanggar hukum adat, seperti penjahat atau musuh politik yang mengganggu kampung dan tertangkap.

Jika divonis bersalah, maka ia akan menjalankan hukuman mati pada hari yang telah ditentukan sesuai dengan kalender Batak.

Dengan mengunjungi tempat wisata tradisi dan budaya masyarakat Batak kuno di Ambarita ini, kita akan mendapatkan sebuah pembelajaran bahwa sebuah penegakan hukum dan aturan di suatu daerah sudah berlangsung lama, dan sangat beragam penuh dengan warna-warni keunikan tersendiri.

Namun, hal tersebut merupakan sebuah proses untuk mendirikan sebuah aturan dari hasil musyawarah dan mufakat yang telah disepakati bersama untuk saling menjaga dan patuh kepada seorang pemimpin.

Pada Batu Persidangan ini, wisatawan bisa melihat rumah adat Batak yang masih dirawat dengan baik di Huta Siallagan.

Setelah melihat Batu Persidangan, wisatawan akan disuguhkan dengan souvenir khas Batak dengan harga masih terjangkau.

Jika wisatawan ingin berkunjung ke tempat ini, wisatawan hanya membayar tiket masuk sebesar Rp 10.000/orang.

Wisatawan juga bisa ikut manototor dengan sigale-gale.

Biasanya lokal guide akan memperbolehkan wisatawan manortor, jika jumlah wisatawannya kurang dari 20 orang.

Jika Wisatawan ingin mengunjungi Huta Sialagan ini, bisa mengaksesnya lewat jalur darat Pangunguran sampai ke Huta Siallagan.

Untuk jalur perairan, bisa diakses melalui Pelabuhan Ajibata-Ambarita.

6. Batu Sidang Parhapuran

Rumah Adat dan Kursi Parhapuran Huta Sialagan terletak di Huta Siallagan Ambarita, Kecamatan Simalindo, Kabupaten Samosir.

Batu Sidang Parhapuran merupakan kursi batu yang dikelilingi tembok batu setinggi 1,5 meter.

Batu persidangan ini merupakan tempat Raja Siallagan zaman dahulu mengadili penjahat.

Di samping kursi persidangan, tumbuh pohon yang disebut sebagai pohon kebenaran, karena semua keputusan pengadilan yang diambil raja disampaikan atau disumpahkan ke pohon ini.

Batu kursi ini dibangun diperkirakan pada generasi ke-3 dan ke-4, kira-kira 500 tahun lalu.

Jumlah batu kursi tiga buah besar, 6 buah kecil, dan satu buah meja.

Di dalam halaman huta terdapat pohon hariara (jenis pohon lokal) sebagai tempat pemujaan (parulubalangan /tempat sesajen).

Pemujaan ini dilakukan pada saat acara menanam padi, acara panen padi dan acara adat lainnya (perkawinan dan pesta besar).

Di Batu Sidang Parhapuran yang berada di atas bukit, wisatawan akan dimanjakan dengan pemandangan Danau Toba dan tempat permukiman masyarakat yang tertata rapi.

Bukan hanya itu saja, wisatawan juga bisa ikut manortor dengan sigale-gale.

Setelah pulang dari Batu sidang Parhapuran, wisatawan juga bisa belanja souvenir dengan harga yang terjangkau.

Untuk memasuki Batu Sidang Parhapuran, wisatawan tidak dipungut biaya.

Jika Wisatawan ingin mengunjungi Huta Sialagan, ini bisa diakses dengan jalur darat Pangunguran sampai ke Huta Siallagan, dengan jalur perairan bisa diakses melalui Pelabuhan Ajibata-Ambarita.

7. Kursi Batu Sira

Kursi Batu Sira adalah satu peninggalan sejarah Batak di Pulau Samosir.

Lokasinya berada diantara Desa Siallagan dan Desa Sipalakka.

Tempat ini dipercaya sebagai peninggalan tertua dari Raja Siallagan, dan merupakan satu diantara situs peninggalan Raja Siallagan, selain kursi Raja Siallagan di Tuktuk, Kampung Ambarita.

Namun, Kursi Batu Sira kalah tenar karena baru-baru ini terbuka untuk publik.

Dulu, tempat ini adalah tempat pengadilan para penjahat oleh raja-raja Batak maupun tokoh adat lainnya.

Di situs ini, terdapat meja serta beberapa kursi batu.

Terdapat pula sebuah formasi batu yang mungkin adalah tempat penyajian makanan kepada raja.

Tempat ini terdiri dari tiga tingkat yang bisa diakses melalui undakan yang terdapat di sana.

Pada setiap tingkat terdapat pula patung ornamen Batak yang berbentuk monyet ataupun manusia.

Konon, patung-patung ini menggambarkan prosesi pengadilan yang berlangsung.

Selain mengamati benda sejarah yang termasuk di era Megalitikum ini, pengunjung juga dapat bersantai dan beristirahat pada sebuah saung yang tersedia di tingkat kedua.

Di sana juga terdapat seorang pemahat kayu yang menjual berbagai kerajinan kayu dengan harga yang terjangkau.

Selain menjelajahi peninggalan kuno Batak ini, Anda juga dapat bersantai di sini, di mana suasana masih sangat tenang dan jauh dari keramaian, serta banyak pepohonan.

8. Danau Toba

Legenda Danau Toba bisa disaksikan dan direkam di Huta Siallagan Pindaraya, Kecamatan Simanindo
Kabupaten Samosir.

Masyarakat percaya, konon Danau Toba merupakan sebuah dataran kering yang dihuni seorang pria bernama Toba.

Suatu hari, ketika Toba memancing, dia mendapatkan seekor ikan mas ajaib.

Disebut ajaib, karena tiba-tiba sang ikan berubah menjadi seorang wanita cantik.

Kecantikan sang wanita membuat Toba jatuh cinta kepadanya, dan kemudian menikahinya dengan perjanjian, bahwa Toba tidak akan mengungkit asal muasalnya dari ikan kepada anaknya kelak.

Kemudian, keluarga ini melahirkan anak yang diberi nama Samosir.

Sayangnya, si anak tumbuh menjadi sosok yang agak nakal, hingga sering menguji kesabaran ayahnya.

Suatu hari sang ibu menyuruh anaknya Samosir untuk mengantarkan makanan ayahnya yang sedang bekerja di ladang.

Namun sang anak tidak melaksanakannya.

Samosir malah pergi bermain-main seharian, bahkan makanan ayahnya disantap ludes.

Ketika ayahnya mengetahui hal tersebut, si ayah murka.

Lalu menyumpahi si Samosir, dan mengatakan bahwa dia anak ikan.

Tanpa sengaja Toba telah melanggar janjinya.

Saat itu juga, dari jejak kaki Toba muncul mata air yang mengalir sangat deras.

Mata air itu tidak bisa berhenti dan akhirnya menenggelamkan desa di mana Toba tinggal beserta beberapa desa di sekitarnya.

Istri Toba pun berubah kembali dalam bentuk ikan dan menceburkan dirinya ke dalam genangan air danau.

Sedangkan Samosir berhasil selamat setelah berlari ke atas bukit di tengah danau.

Cerita rakyat inilah yang dipercaya masyarakat menjadi awal mula terbentuknya Danau Toba dan Pulau Samosir.

Di samping legenda Danau Toba, sekarang wisatawan bisa menikmati pemandangan indah dari perbukitan, ataupun dari bibir danau.

Jika wisatawan ingin berfoto, ada juga spot foto berbentuk hati yang mengarah ke danau.

Jika Anda ingin mengunjungi Danau Toba ini, bisa diakses dengan jalur darat Pangunguran sampai ke Huta Siallagan, dengan Jalur perairan bisa diakses melalui Pelabuhan Ajibata-Ambarita.(mag1/tribun-medan.com)

Sumber: TribunnewsWiki
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved