PERHUMAS Indicators: Inovasi Bermanfaat Bagi Customer Dorong Kepercayaan dan Reputasi Perusahaan

Menurut Boy Kelana, sudah saatnya persepsi publik dan juga kalangan eksekutif mengenai humas perlu diubah tidak lagi sebagai staf kehumasan.

HO
Tim Riset PERHUMAS Indicators (kiri-kanan) T. Marlene Danusutedjo, Dian Agustine Nuriman, Benny Siga Butarbutar, Boy Kelana Soebroto, N. Nurlaela Arief, Glory Oyong, dan Anggia Bahana Putri pada Sosialisasi Perhumas Indicators di Jakarta (18/9/2023). 

Secara khusus PERHUMAS Indicators juga menelaah keunggulan dan kelemahan sektor swasta dan BUMN terhadap delapan indikator dari tingkat kepercayaan dan reputasi tersebut.

Swasta dan BUMN secara menonjol terlihat dalam kategori inovasi dimana keduanya mendapatkan nilai kepercayaan yang tinggi yaitu swasta dengan perolehan 75,5 persen dan BUMN diangka 69 persen. 

Persepsi yang muncul swasta dinilai lebih baik dalam mengimplementasikan inovasi, lebih dinamis, dan cepat menangkap peluang untuk mengembangkan produk dan layanannya yang memenuhi kebutuhan pelanggan.

Sementara itu BUMN khususnya sektor perbankan dan migas lebih mampu untuk bersaing dengan swasta, namun demikian masih banyak BUMN lainnya belum merata membangun semangat inovasi.

Indikator penting lainnya adalah penanganan krisis dimana skor keduanya berada dibawah angka 70 persen yang berarti cukup menyadari pengaruh negatif yang luar biasa dari krisis namun juga memerlukan kemampuan mitigasi yang lebih mumpuni mengingat ancaman globalisasi seperti kompleksitas dan ketidakpastian begitu besar. 

Ancaman krisis memaksa swasta dan BUMN, termasuk pemerintah untuk terus menerus memperbarui sistem mitigasi dan kemampuan memprediksi krisis (early warning system) dan yang lebih penting juga membangun koordinasi lintas sektoral untuk mengurangi dampak krisis atau bencana yang lebih besar. 

Secara umum swasta meraih skor rata-rata 69 persen dari semua sub indikator krisis sementara BUMN memperoleh angka rata-rata 65 persen. Walaupun demikian kultur pengelolaan krisis lebih tumbuh di sektor swasta, berbeda dengan BUMN yang sering mendapatkan dukungan pemerintah. 

Riset ini melibatkan tim yang terdiri atas praktisi Humas dan Komunikasi dari berbagai sektor, Benny Butarbutar, IAPR selaku koordinator, Dr. N. Nurlaela Arief, MBA, Dr. Dian Agustine Nuriman, M. Ikom, IAPR, Richele Maramis, Glory Oyong, T. Marlene Danusutedjo, IAPR, dan Anggia Bahana Putri.

PERHUMAS Indicators menggunakan pendekatan mix-methodology dan melibatkan lebih dari 1.000 responden dari seluruh Indonesia dengan tingkat margin of error berada di angka tiga persen atau dapat dipercaya, sehingga diharapkan memberikan hasil yang komprehensif dan akuntabel. 

(*)

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    Komentar

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved