Berita Medan
Lewat Proses Hilirisasi Inalum Optimis Menciptakan Ekosistem Industri Aluminium yang Terintegrasi
Hal tersebut merupakan mandat dari negara terhadap Inalum sebagai bagian dari BUMN Industri Pertambangan
Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN- PT Indonesia Asahan Aluminium atau Inalum, terus berupaya dalam menggenjot akselerasi pengembangan hilirisasi nasional, khususnya pada komoditas aluminium.
Hal tersebut merupakan mandat dari negara terhadap Inalum sebagai bagian dari BUMN Industri Pertambangan, komitmen untuk menciptakan rantai pasok aluminium yang terintegrasi, modern, berkelanjutan dan ramah lingkungan dari hulu sampai hilir.
Mahyaruddin Ende Corporate Secretary PT Inalum menyampaikan secara praktik Inalum telah melakukan 4 aksi korporasi strategi besar, yaitu Proyek Upgrading Teknologi Tungku Reduksi, Optimalisasi Smelter Kuala Tanjung, Pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery di Mempawah, dan Revamping IAA.
"Tujuannya jelas yaitu menciptakan ekosistem industri aluminium yang terintegrasi," ujar Mahyaruddin.
PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) adalah pabrik peleburan aluminium satu-satunya milik Indonesia yang dikelola oleh Holding Industri Pertambangan MIND ID, saat ini masih memproduksi alumnium 250 ribu ton per tahunnya. Angka ini setara 25 persen dari kebutuhan nasional aluminum di Indonesia.
Dimana, konsumsi kebutuhan aluminium di Indonesia bisa mencapai 1 ton setiap tahunnya.
Mendorong percepatan akan peningkatan nilai tambah tersebut, saat ini Inalum telah melaksanakan upgrading teknologi tungku.
Optimalisasi smelter Kuala Tanjung, melalui pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat mendirikan anak usaha PT Indonesia Aluminium Alloy (IAA) yang menjalankan proyek diversifikasi aluminium remelt (sekunder).
"SGAR ini merupakan hulu, kita bisa menggali sendiri bauksit lalu mengolahnya menjadi alumina. Upgrading Tungku dan Optimalisasi Smelter ini rantai tengah, sebagai smelter dan pengolahan," jelasnya.
Khusus untuk pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) PT Borneo Alumina Indonesia (BAI), Inalum bekerjasama dengan BUMN industri pertambangan lainnya yakni, PT Antam.
Kehadiran SGAR adalah langkah yang strategis karena akan memotong impor alumina sebagai salah satu bahan baku produksi aluminium. Sebab saat ini, alumina masih diimpor, salah satunya dari Australia.
Sebagai bentuk peningkatan lainnya Inalum juga telah mengembangkan hasil produksi melalui anak perusahaan PT Indonesia Aluminium Alloy (IAA).
"IAA ini merupakan bentuk hilirisasi, namun untuk pengolahan scrap aluminium sehingga tidak ada yang terbuang baik dari inalum ataupun dari masyarakat," jelas Mahyaruddin.
Dalam proses menuju produksi dan pemasaran, IAA berhasil melakukan pencetakan billet seri 6061 dan 6063 dengan diameter 6 inci.
Kegiatan pencetakan diawasi langsung oleh tenaga ahli dari Amerika, Wagstaff & Mechaterm International Limited (MIL) dari Inggris.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/PT-Indonesia-Asahan-Aluminium-atau-Inalum.jpg)