Harga Ayam Potong di Madina Capai Rp 60 Ribu Per Kilogram, Gubernur Terkejut

Dia meminta camat dan kepala desa membantu masyarakat menanam sendiri cabai, terong, sayur-sayuran, dan memelihara ayam.

Editor: Eti Wahyuni
HO
Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi melanksanakan jalan pagi bersama masyarakat Kecamatan Pakantan, Kabupaten Mandailing Natal, Selasa (29/8/2023). 

TRIBUN-MEDAN.com, MANDAILING NATAL - Gubernur Sumut Edy Rahmayadi meninjau Pasar Pakantan, Mandailing Natal, Selasa (29/8). Dia terkejut dengan harga ayam potong yang cukup tinggi di pasar tersebut.

Harga ayam potong di Pasar Pakantan sekitar Rp 50.000 - Rp 60.000 per kilogram. Harga ini lebih tinggi dua kali lipat dari harga normal pada saat ini, sekitar Rp 21.000 - Rp 22.000 per kilogram.

"Cukup tinggi, ini karena akses ke sini jauh dan tidak ada di sekitar sini yang usaha ayam potong, jadi distribusinya cukup jauh," kata Edy Rahmayadi, usai meninjau Pasar Pakantan.

Edy Rahmayadi selajutnya mengumpulkan para kepala desa di Kecamatan Pakantan. Dia meminta camat dan kepala desa membantu masyarakat menanam sendiri cabai, terong, sayur-sayuran, dan memelihara ayam.

"Tolong kepala desa, Bu Camat ajari masyarakat kita menanam sayuran, cabai, memelihara ayam, karena harga bahan pangan di sini cukup mahal," kata Edy Rahmayadi.

Baca juga: Harga Ayam Potong Masih Tinggi, Dirut PUD Pasar Medan Beberkan Penyebabnya

Edy Rahmayadi juga berupaya untuk mempermudah akses ke Pakantan, agar perekonomian masyarakat lebih lancar. Salah satunya adalah akses jalan tembus Pakantan ke Ulu Pungkut dan Sumatra Barat.

"Kita akan upayakan jalan tembus ke Simpang Banyak, Ulu Pungkut jadi aksesnya lebih mudah, harga barang mudah-mudahan lebih terjangkau kalau sudah tembus," kata Edy Rahmayadi.

Menurut keterangan warga, harga bahan pangan di Pakantan cenderung fluktuatif dan jauh lebih mahal dari harga normal. Ini membuat masyarakat cukup kesulitan memenuhi kebutuhan pangan.

"Ayam saja tadi Rp 60.000 per kilogram, ikan juga mahal, cabai Rp12.000 seperempat, bawang juga mahal, kami kebanyakan ke sawah," kata Fatimah Lubis, penduduk Desa Gambir, Pakantan.

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved