Berita Viral
Ibu Korban Penculikan 1998 Kuliti Budiman Sudjatmiko Gegara Dukung Prabowo : Aktivis Tak Tahan Lapar
Ibu dari korban penculikan 1998 kuliti dan sindir politisi PDIP Budiman Sudjatmiko yang mendeklarasikan dukungan terhadap Prabowo Subianto dalang dari
TRIBUN-MEDAN.COM – Ibu dari korban penculikan 1998 kuliti politisi PDIP Budiman Sudjatmiko yang mendeklarasikan dukungan terhadap Prabowo Subianto.
Ibu dari mahasiswa Universitas Atmajaya korban tragedi 1998 sindir Budiman Sudjatmiko yang dinilai mulai lapar dan haus.
Maria Catarina Sumarsih Ibu dari Benardinus Realino Norma Irawan (Wawan) yang tewas dalam tragedi Semanggi I menyindir Budiman Sudjatmiko di akun twitternya pada Senin (21/8/2023).
Dimana dketahui semenjak putranya meninggal dalam tragedi 1998, Sumarsih memilih menjadi seorang aktivis HAM.
Sumarsih juga tidak pernah absen dari agenda unjuk rasa Kamisan yang digelar di depan Istana Negara setiap hari Kamis.
Di akun twitternya, Sumarsih meretweet semua cuitan kritik terhadap Budiman Sudjatmiko yang memilih bergabung dengan Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
Sumarsih juga menyindir Budiman Sudjatmiko lewat satu cuitan.
Dia menyinggung soal orang-orang yang mulai tidak tahan lapar dan haus.
Baca juga: Gegara Dukung Prabowo, Budiman Sudjatmiko Dicap Pengkhianat Korban 1998 : Ada Hutang Harus Dilunasi
Baca juga: Dukung Prabowo, Budiman Sudjatmiko Dicap Pengkhianat oleh Aktivis PRD: Lupa Sejarah!
Awalnya netizen menyebut bahwa Budiman contoh aktivis yang sudah tidak tahan lapar.
“Budiman merupakan contoh ketika aktivis sdh tidak tahan "lapar",” tulis netizen.
Cuitan itu kemudian dibalas oleh Sumarsih dengan kata-kata mendiang putranya dulu.
Dimana Wawan pernah berkata bahwa perjuangan belum selesai tapi sudah banyak yang meninggalkan perjuangan karena tidak tahan lapar dan haus.
Menurut Sumarsih, ada kalanya manusia memang tidak pernah merasa cukup dan terus mencari hal yang lebih.
“Mengingatkan kata-kata Wawan, "perjuangan belum selesai sudah banyak yang meninggalkan perjuangan karna mereka tidak tahan lapar dan haus. Yang dulu nelpon pakai telepon umum sekarang pakai hp. Yang dulu ke kampus bergelantungan di bis kota sekarang pakai taksi dan ada yang bermobil,” cuit Sumarsih.
Diketahui, Budiman mendeklarasikan relawan Prabowo Subianto yakni Prabowo-Budiman (Prabu) di Semarang, pada Jumat (18/82023) lalu.
Budiman Sudjatmiko adalah aktivis dari Partai Rakyat Demokratik (PRD) yang aktiv menentang Soeharto saat Orde Baru.
Pasca reformasi, Budiman Sudjatmiko memilih bergabung dengan PDIP dan beberapa kali menjadi anggota DPR RI
Baca juga: Soal Budiman Sudjatmiko Tak Mundur dari PDIP, Guntur Romli : Dia Mau Playing Victim Kalau Dipecat
Baca juga: Wali Kota Bobby Nasution Buka Suara soal Budiman Sudjatmiko yang Deklarasikan Dukungan ke Prabowo
Tidak hanya itu, sebelumnya anggapan pengkhianatan Budiman Sudjatmiko terhadap keluarga korban penculikan 1998 disampaikan oleh Partai Rakyat Demokratik (PRD).
Dimana Eks Sekjen Partai Rakyat Demokratik (PRD), Petrus Hariyanto yang menilai politikus Budiman Sudjatmiko telah mengkhianati keluarga korban penculikan 1998.
"Deklarasi tersebut bukan hanya menunjukkan Budiman mengkhianati kawan-kawan seperjuangannya, tapi juga mengkhianati keluarga korban penculikan,”
“Lebih dalam lagi, dia telah mengkhianati demokrasi dan nilai-nilai kemanusian," kata Petrus, Senin (21/8/2023).
Petrus menganggap dukungan Budiman ke Prabowo merupakan upaya untuk mencuci dosa sejarah Menteri Pertahanan itu pada masa lalu.
"Itu adalah langkah politik yang ingin menghapus jejak hitam pelaku pelanggaran HAM, meneguhkan politik impunitas," ujarnya.
Dia tak sependapat dengan Budiman, yakni Prabowo adalah pemimpin strategis yang mampu mengemban tugas untuk memajukan Indonesia, siap menghadapi tantangan ke depan, berhadapan dengan negara-negara barat.
“Itu pembenaran Budiman saja untuk melegitimasi bahwa berangkulan dengan penculik adalah keharusan sejarah,”
“Itu bukti pragmatisme Budiman supaya bisa mendapatkan sesuatu ketika Prabowo berkuasa. Padahal belum tentu juga Prabowo menang," ucapnya.
Petrus pun menilai Budiman tengah mempertontonkan politik oportunis.
“Mana yang lebih menguntungkan. Tetap di PDIP tetapi karier politiknya mandeg atau berpindah ke Prabowo yang digadang-gadang akan memenangi pertarungan Pilpres? Budiman memilih meloncat ke mantan Pangkostrad yang dipecat era Presiden Habibie itu, walau menciderai idealismenya sendiri sebagai mantan aktivis. Bahkan, dia telah mencoreng nama baik aktivis 98 secara keseluruhan," sesalnya.
Menurut Petrus, Prabowo seharusnya tidak cukup hanya diberhentikan dari militer pada tahun 1998, karena terlibat kasus penculikan, tetapi juga harus diproses sampai ke meja hijau.
Terlebih, kata dia, masih ada 13 aktivis yang empat di antaranya merupakan kader PRD belum diketahui nasibnya.
“Seharusnya menjadi tugas Budiman dan kader PRD lainnya untuk menuntaskan hal ini. Masih ada hutang masa lalu yang tetap harus dilunasi. Bukannya malah dikubur dalam-dalam oleh Budiman
Sudjatmiko," ungkapnya.
Petrus menegaskan dideklarasikannya relawan Prabowo-Budiman (Prabu) telah memberi pelajaran nilai-nilai politik buruk kepada generasi sekarang.
“Sama saja Budiman ingin mempertontonkan kepada generasi Z bahwa aktivis itu hanyalah sebuah batu loncatan semata untuk meniti karier politik dalam meraih kekuasaan, walau itu ditempuh dengan menguburkan nilai-nilai yang diperjuangkan semasa menjadi aktivis,” tukasnya.
(*/TRIBUN-MEDAN.COM)
Baca juga: Gegara Dukung Prabowo, Budiman Sudjatmiko Dicap Pengkhianat Korban 1998 : Ada Hutang Harus Dilunasi
Baca juga: Prabowo Akui Culik Aktivis 98, Budiman Malah Dukung, Wanto Suginto: Dia Lupa Sejarah!
Baca juga: Soal Budiman Sudjatmiko Tak Mundur dari PDIP, Guntur Romli : Dia Mau Playing Victim Kalau Dipecat
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Ibu-Tragedi-Semanggi-Sumarsih-1.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.