Viral Medsos

Angkut 120 Penumpang, Pesawat Lion Air JT 784 Mendarat Darurat di Biak, Ternyata Ini Penyebabnya

Pesawat Lion Air dari Makassar tujuan Bandara Rendani Manokwari, Papua Barat, mendarat darurat di Bandara Frans Kaisiepo, Biak, Papua, Minggu

|
Editor: AbdiTumanggor
ilustrasi/tribunjambi
Pesawat Lion Air: Angkut 120 Orang dari Makassar, Pesawat Lion Air JT 784 Mendarat Darurat di Biak, Ini Penyebabnya 

"Jika ada informasi dari kapal di lokasi terkait kondisi cuaca yang tidak memadai, mereka akan berkomunikasi dengan KSOP Tanjungpinang atau tujuan akhir pelayaran. Setelah mendapatkan informasi tersebut, kami akan melakukan penundaan keberangkatan sementara sampai cuaca kembali membaik," tutup Ridwan.

Cuaca Buruk di Selat Bali

Sebelumnya, angin kencang diatas 28 knot hingga gelombang setinggi lebih dari 3 meter belakangan terjadi di Selat Bali.

Akibat cuaca buruk ini, sebuah kapal penumpang pun mengalami kandas.

Kepala BPTD Pelabuhan Gilimanuk, Nyoman Sastrawan mengaku, selalu menghimbau kepada kapal yang berlayar di Selat Bali untuk meningkatkan kewaspadaan, mengingat dari bulan Juni hingga September 2023 kondisi cuaca di Selat Bali kerap tidak bersahabat.

BPTD juga selalu menghimbau pihak kapal untuk melising atau mengikat kendaraan di dalam kapal agar tidak terjadi insiden akibat cuaca buruk dan tidak memaksakan berlayar jika kondisi kapal tidak baik.

Kerja sama dengan Badan Metereologi Dan Geofisika atau BMKG terkait informasi prediksi cuaca di Selat Bali juga terus dilakukan.

BPTD Pelabuhan Gilimanuk mencatat, selama seminggu ini telah dilakukan sekali penutupan pelabuhan akibat cuaca buruk di Selat Bali.

BPTD Pelabuhan Gilimanuk juga akan melakukan sistem buka tutup pelabuhan, jika ada informasi dari pihak kapal tidak bisa melaut akibat cuaca buruk di Selat Bali, demi keselamatan para penumpang dan crew kapal.

Dia menjelaskan, semua oprator pelayaran di lintas Ketapang-Gilimanuk sudah diimbau oleh BMKG berkaitan dengan kondisi cuaca terkini. Mereka diimbau lewat LPS terkait kondisi alam sekarang ini yang berubah-ubah.

“Harus memperhatikan keselamatan. Semua kepala cabang (operator pelayaran) sudah dimasukkan dalam grup BMKG supaya bisa mengetahui cuaca lebih awal,” tegasnya.

Dia menjelaskan, pelayaran khususnya penyeberangan sangat dipengaruhi kondisi cuaca khususnya angin dan ombak.

Jika kecepatan angin sudah diatas 21 knot maka pelayaran seluruhnya harus ditutup. Karena bisa membahayakan pelayaran.

Begitu juga dengan ombak. Menurut Rocky, dari BMKG biasanya jika tinggi ombak sudah diatas 2 meter maka pelayaran harus ditutup untuk sementara sampai kondisi normal.

“Kalau kondisi itu (ombak tinggi dan angin kencang) otomatis pelayaran ditutup sementara demi keselamatan,” tegasnya.

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved